Kamis, 07 September 2017

Cerita Sex ABG SMA

Cerita ini yakni sebuah pengalaman aku seputar seks pada ketika saya masih kuliah. Bagi yang menyukai dengan cerita seks,ini yakni sebuah pengalaman aku dahulu yang yakni pengalaman pertama aku. Pengalaman sex ini terjadi ketika saya mulai membuka usaha kecil di purwakarta. Sehingga aku ketahui sama salah satu cewek yang bernama Stefani, memang stefani yaitu cewek SMU yang benar-benar catik dan bahenol deh. Kadang sahabat saya juga ngomong ketika ngumpul stefani gadis yang bergairah jikalau di ajak ML.

Dibandingi dengan sahabat lainya memang stefani yaitu cewek yang benar-benar indah sekali. Ini ceritaku, perkenalkan nama ku Roy hingga kini saya masih melanjutkan kuliah di sebuah universitas di Magelang.

Usia ku masih 20 tahun. Cerita ini bermula saat saya dan sahabat ku Ronald, Jefry dan rudi yg bersuka ria bermain game online maupun sekadar bermain dunia online, membuka sebuah game centre dan warnet yg berlokasi di tempat Magelang utara. Pada dasarnya sih kami membuka usaha itu cuman iseng-iseng aja. Yah dari pada nga ada kerjaan maupun malahan menghabiskan uang untuk main game atau main dunia online di daerah lain, mendingan buat sendiri toh bias nambah nambah uang buat jajan dan beli rokok.

Belum lama usaha kami buka, kami seperti separo terkejut dan bersuka ria.

Bagaimana kami tak bersuka ria, kebanyakan user kami yaitu cewek- cewek SMU dengan perawakan tubuh yg benar-benar memikat, malahan dapat di ibarat kan buah apple yg siap di petik. Dan juga masih banyak gadis-gadis muda yg main ke daerah kami. Dengan keramahan sahabat-sahabat yg senantiasa sopan dan romantis dalam melayani pelangan, yah kami memang cukup professional. Malah perawakan tubuh kami dah wajah kami juga cukup lumayan mungkin itu juga salah satu factor yg membikin mereka beratensi untuk senantiasa datang berkunjung.

Di antara gadis-gadis yg masih segar itu ada satu yg benar-benar istimewa di mataku dan sahabat- temanku. Nama nya Stefani ia cukup indah, bukan cuma indah, luar lazim mungkin dan istimewa tentu nya. Kadang ia datang dengan Karina, Monica dan Cindy sahabat-sahabat Stefani yg juga tak keok indah, namun lebih istimewa Stefani tentu nya.dan akhir nya suatu kans, ia datang sendiri ke daerah kami. Saat ia baru duduk saya sapa,

“loh temen nya mana Stefani”,

ia cuma menjawab,

“dah pada balik, pada berharap les katanya”.

Lalu saya berbalik ke mejaku dan berupaya mencuri-curi untuk sekadar mengamati lekuk tubuh nya dari balik monitor computerku.

15 menit telah saya memperhatikan nya, eh ia membalas pandangan ku,

saya terkejut juga jangan- jangan ia naik darah, eh ia malahan tersenyum.

KaStefani penasaran ia sedang apa saya mencoba mengerjakan remote anything ke computernya, yah kami umumnya menyebutnya dengan kata-kata SPY, gitu deh bahasa gaulnya.saya terkejut juga sesudah tau bahwa ia membuka laman-laman yg terkait dengan sex dan pornografi. Mukaku memerah, entah menyukai atau benci, tp yg terang terkejut sekali. Dengan nekat kucoba mendekati computernya, lalu kutanya ia,

“hayooooo Stefani lagi buka apa”,

KaStefani tanpa persiapan ia segera kelabakan seperti di buah hati ayam kehilangan induk nya dan dengan pesat ia menutup kolom laman- laman hal yang demikian. Melainkan dengan pesat saya menjawab,

“nga papa lah ama gue ini, nyantai aja lagi”.

Lantas saja muka ia memerah, entah malu atau takut.

lalu ia menjawab,

“emang nya tadi Roy liat Stefani lagi buka apa?”, tanyanya.

“liatlah, nga perlu ke sini juga Roy bias liat dari computer roy “,

jawab ku sambil mengedipkan mata, lalu ia mengakak kecil dan tersenyum manis seperti gadis yg masih polos. Lalu dengan pesat saya tak menyia nyiakan kans ini saya segera berkata,

“berharap di temenin nga Stefani biar Roy cariin situs2 yg lebih berkwalitas”.

Ia membisu sebentar lalu menjawab,

“ya udah Roy duduk di sebelah Stefani aja”,

katanya lembut penuh arti.

Waduh bakalan mengasyikan nih batin ku, untung aja temen-temen ku yg lain pada bermain basket di dekat situ, jadi semuanya lancar tanpa hambatan. Kami sempet ngobrol sebentar, dan dari situ ku kenal bahwa ia buah hati pejabat di kota ini, dalam batin ku saya berkata wah terbukti buah hati pejabat neh.

Lalu mulai kucarikan ia laman situ porno yg belum pernah ia lihat,

kulihat raut muka nya berubah seperti cacing kepanasan tangannya tidak dapat membisu, saya lihat ia benar-benar terstimulus dengan gambar-gambar dan video yg saya carikan via dunia online. Wah cepet honey ia batinku,

lalu tidak kubiarkan ia cuma mengamati saja, lalu saya berbisik,

“Fani dari pada liat, punya ku nganggur neh, kan sayang klo di diemin”, dia terkejut kukira ia naik darah.

Eh terbukti ia malahan lansung mengatur senjataku yg dari tadi telah on saat saya duduk di sebelah nya, kontan saja saya terkejut dan bersuka ria. Lalu dengan pesat saya juga menstimulus ia dengan mengatur payudara yg benar-benar menawan itu dari belakang.

Untung warnet lagi sepi batinku dalam hati, aneh nya ketika itu tidak ada satupun pelanggan yg datang, yah mungkin di kaStefanikan hujan yg cukup deras. Kulihat ia kurang puas mengatur senjataku jikalau terhalang oleh celana pendek ku, lalu ia mencoba memelorotkan celana ku sampai batang alat kelamin ku dapat dalam posisi sedap untuk di kocok oleh tangan nya yg lembut itu.dan ia berkata,

“Roy punya kau gede juga ya”,

Saya cuma terdiam.

Tanpa sadar saya benar-benar menikmatinya,

sampai saya hampir berteriak “ah uchhhh ahhh terus Fani” lalu Stefani dengan pesat menutup mulutku dengan kecupan bibir nya yg lembut dan benar-benar sensual itu. Wah untung sepi coba klo banyak orang tadi di sini bakalan berabe batin ku. Sesudah ia puas ia mengecup bibirku,

ia melanjut kan dengan menciumi alat kelamin ku, sungguh luar lazim gadis buah hati pejabat yg masih polos ini mengerjakan hal- hal dalam sex yg benar-benar mengairahkan.

Saya di buat benar-benar puas oleh nya malahan saya diwujudkan tidak berdaya,

10 menit kemudian saya mengangkat kepalanya dan saya bisikan mesra di alat pendengaran nya, Fani gantian masak kau terus yg muasin saya kau kan belom puas, ia tersemyum petunjuk iya. Lantas saja saya puaskan ia di antara sekat-sekat yg menjadi pembatas di antara computer computer di warnet ini. Ia kulihat benar-benar merasakan permainan ku,

saya mencoba sedikit membuka pakaian nya untuk melepas Bh nya.

KaStefani kami mengerjakan nya di daerah awam saya mencoba untuk membendung diriku untuk tak mencoba menelanjanginya, sehingga saya konsisten menstimulus payudaranya di balik seragam sekolah nya, tanpa dapat mengamati payudaranya yg berukuran 34 b itu. Ia terdengar mendesah lembut dan benar-benar sexy,

“ah ah..u ah..hhhhhh.ahhhhh” terdengar dari mulut nya.

Berkali kali ku pilin putting nya ia mengelinjang hebat sekali,dan merancau tak karuan.

“ah uh. roy terus sayanggggg…royyy…a hhhhhh”.

Sesudah menstimulus buah dada nya saya segera mencoba mengelus Miss V nya dengan jari ku, kaStefani ia menerapkan rok SMUsehingga tak susah untuk mengerjakan nya.Kurasakan Miss V nya telah benar-benar berair di kaStefanikan stimulan ku di buah dada nya tadi, bulu-bulu kemaluanya juga kuraba, wow benar-benar rapi batin ku. Saya berupaya tak memasukan jari ku ke Miss V nya kaStefani ia masih perawan.

Kucoba menstimulus ia via friksi-friksi lembut di tangan ku,

kurasakan badannya kejang dan peluh keluar dari seragam sekolah nya yg tanpa menerapkan Bh itu.

Ia berulang kali mendesah,

“Roy ampunnNn Roy sayang YUyy nikmatttTTttt………”.

Meskipun itu Baru kugesek dengan tangan bagaimana klo kumasukan senjataku ke dalam Miss V nya batin ku.

Sesudah 10 menit mengerjakan itu ia berteriak.

“ahhhhHH..hhhhh SSSshhhhhh”,

dan segera itu juga ia mengalami orgasme pertamanya.

Kemudian ia terkulai lemas di pelukanku, sambil membelai ia saya memperbaiki posisi celanaku dan ia juga mencoba memperbaiki letak posisi seragam dan rok nya itu.

Lalu saya mengambilkan air minum untuk ia lalu berkata,

“yah gitu aja dah jebol gimana klo ML dapat-dapat Stefani nga dapat bangun 2 hari gara-gara kehabisan stamina dong”. Candaku.

Lalu ia menjawab,

“eh sedap aja kan tadi baru training, jadi ya butuh pelatihan dolo kayak tadi”.

Saya cuma mengakak kecil, eh malahan ia segera bilang Roy berharap njarain Stefani yang lebih expert lagi nga, klo berharap abis ini aja kita pergi berharap nga tanya nya. Sebentar saya berdaya upaya namun langkah langkah kaki datang menuju daerah itu dan kulihat wajah wajah sahabat-sahabat ku timbul, diantaranya Ronald, Jefry dan Rudi.

Lantas saja kusapa,

“abis basket kalian”,

dengan tersenyum Jefry cuma menjawab,

“dari pada ngurusin basket mendingan ngurusin Stefani”.

Mereka malahan seluruh mengakak dan kulihat Stefani juga tersenyum badung dan berupaya menunggu jawabanku. Lalu sesudah sahabat- sahabat ke belakang saya bisikan ke alat pendengaran Stefani ya udah tar gue ajarain yg lebih hot lagi ya, Stefani tersenyum dan saya pergi berkemas untuk pergi bersama dengan Stefani.

Sesudah itu kami pergi dengan meminjam kendaraan beroda empat milik Ronald.

Dalam perjalanan saya bertanya,

“berharap kemana ini Fani”,

ia menjawab.

“di rumah Stefani aja kan Papa Mama sedang pergi ke Jakarta kak Adi sedang ke Jogja”,

saya terkejut dan berkata,

“bener nih di rumah mu”,

“iya bener” katanya.

Sesudah kami hingga di rumah nya saya terkejut juga dengan rumah nya yg besar seperti istana itu wah gede banget rumah nya dan juga menawan.

Sesudah memarkir kendaraan beroda empat ku saya di bimbing Stefani untuk masuk ke rumah nya.Wah menonjol nya ia tampak tak tabah.

Lalu saya menunggunya mandi sambil nonton tv dan merasakan hidangan yg benar-benar sedap, kayak Raja nih batin ku.

Sesudah ia selesai mandi, dia menghampiri ku cuma dengan menerapkan handuk yg ia balutkan di tubuh nya, saat mengamati nya,

tenggorokanku seperti tak tidak menelan bisa-bisa yg tadi saya makan, dan dengan aku Stefani mengambil jus jeruk yg ada di meja kamar nya lalu meminumnya, sesudah itu mengecup bibir ku dan mengalirkan jus jeruk yg mengecup ia minum tadi seolah-olah induk yg memberikan makan buah hati-buah hati nya.

Sesudah itu ia membuka handuk nya yg tadi membungkus tubuh nya yg putih mulus dan sexy itu. wah payudara nya benar-benar luar lazim umum dan besar, tidak kusangka buah hati SMU kelas tiga telah sematang, bulu-bulu halus yg saat di warnet tadi saya pegang, saya dapat bisa dengan terang. Sungguh terang yg luar lazim.

Cerita Sex ABG SMA





Tanpa segan-segan lagi ia memintaku untuk men servicenya.

Ia berkata,

“ayo kok malahan diem katanya berharap ngajarin”,

mau,

saya berkata kau

“kau indah banget Fani tubuh mu juga sexy”.

Tanpa menunggu ia bicara segera saja kubenamkan kepalaku di payudaranya itu dan mencoba untuk menstimulus salah satu menstimulasi sensitife itu, lalu ia mulai mendesah seperti tadi,

“ah OuchHhh uhhhhhh Ahhhhhh……..”,

ia benar-benar menikmatinya malahan malah ia menjambak rambut ku,

kulihat payudaranya benar-benar umum dan kenyal sekali malah saya meremas-remas nya dan saya malahan juga benar-benar menikmatinya, payudara yg menawan. Lalu kuteruskan dengan menciumi menstimulasi kewanitaan nya,

ia tampak memejamkan mata benar-benar menikmatinya, dan ia meremas remas payudaranya sendiri mencoba menstimulus tubuh nya sebaik mungkin. saat clitoris nya ku hisap-hisap ia benar-benar kewalahan dan berteriak-teriak,

“roy aduhh Sedap ah ouchhhh ahhhHh uhh”.

5 menit kemudian, giliran ia menstimulus diriku.kulihat ia mengocok penisku dengan lembut dan menghisapnya bagaikan permen lollipop yg benar-benar manis,

“ohh ahhhhhhh hahhhh”,

saya benar-benar menikmatinya, ia menjilati batang alat kelamin dan tak tidak buah zakar ku juga ketinggalan ia hisap.

Saya telah tidak bias berkata apa apa lagi tidak merasakan permainanya. Saat saya hampir memuntahkan laharku saya mencoba melepaskan senjataku dari hisapan nya dan gengamannya, lalu kubaringkan ia diranjangnya dan saya aku mesra,

“berdialog ya sayang, pertama-tama sakit tp nanti juga sedap kok”,

kataku. Ia mengangguk petunjuk iya. Kucoba membobol Miss V nya terbukti benar-benar susah, pada usaha pertama melesat dan sesudah ku

oleskan kream di vaginanya, pada usaha ketiga saya aku memasukan sukses penis ku ke dalam separo.

Ia menjerit kesakitan,

“Royy sakitT Royyyyyy ampunnNnNnnnnn”,

jerit nya, namun saya konsisten konsisten dan bless melakukannya batang alat kelamin ku kini berada di dalam nya kini dengan percak-percak darah keperawanannya.

Kubiarkan membisu sebentar sejenak vaginanya terbiasa agar menerima benda asing itu, sesudah kurasakan vaginanya dapat agar penisku, kucoba menarik maju mundur.

Jeritan sakit yg tadi ia ucapkan berganti dengan desahan- desahan wanita yg sedang mengalami persetubuhan yg benar-benar sangat.dan tak henti- henti nya ia senantiasa mendesah dan separo berteriak.

“ah terus Roy Sayang kocok terus bikin Stefani puas ah ouchhhhh shhhhh terus kocok jangan separo sayangggg… “,

rancau nya, saya juga benar-benar merasakan denyutan-denyutan di dalam vaginanya itu, gerakan menghisap yg benar-benar sangat sekali di enak oleh penis ku kemudian saya membalikan posisinya sejenak kami dapat mengerjakan doggy style.

Lalu ku suruh ia berdiri dan bersandar di depan kaca meja rias nya dan kumasukan senjataku dari belakang sehingga saya dapat merasakan menikmati tubuh nya dan payudaranya serta paras indah wajahnya dari kaca hal yang demikian.

15 menit kejadian itu berlangsung ku dengar ia berteriak,

“ahhhh roy saya keluarrrrrrrrrrr…….”,

oh menonjol nya ia baru saja ia orgasme pertamanya.

Kucabut penisku dari dalam vaginanya dan mendapatkan Stefani memperkenankan istirahat.

Sesudah cukup memperkenankan.ia mengajakku untuk melanjutkan nya di kamar mandinya yg seperti kolam Stefaning itu kaStefani benar-benar luas.

Kontan saja KaStefani terburu nafsu saya segera tancap gas dan aku memasukan penis ku ke dalam Miss V nya yg merah merekah itu.

saya benar-benar merasakan guyuran shower yg membasahi tubuh kami,seolah-olah membasahi jiwa yg kekeringan akan kehausan sex.

Stefani terus merancau dan menikmati saya benar-benar sangat kenikmatan yg luar lazim, penis ku yg dari tadi di sedot kurasakan benar-benar membengkak dan sangat klimaks hingga ubun-ubun rasanya,

saya berteriak,

“Stefani saya mauuuuuuu keeee luuu arrrrrrrrrrrrrrrrrr mauuu diii kelluariinnn dii mannna.jeritku membendung sangat”,

ia sambil ngos-ngosan bilang

Kunjungi Juga >>> LENTERAPOKER AGEN BANDARQ DAN BANDAR SAKONG ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA

“di dalam ajjjaaaaa”,

lalu saya berkata,

” nga papa faninn”,

Stefani menjawab,

“laggiii masaaaaaa tiiiidakkk suburrrrrr”,

dan Stefani juga menonjol merancau lagi dan berteriak,

“yaaaa uuu daaa hhhhh kii taaa ssssaaammaa saaammaaaaaaaaaaa aaaaa”.

Saya tidak tidak membendung lagi dan jebolah pertahananku kusemburkan maniku di dalam vaginanya ia juga menonjol sangat orgasme keduanya.

Sesudah itu ia masih menjilati kemaluanku dan membersihkan sisa-sisa

maniku, lalu kami mandi bersama.

Sesudah selesai saya pamit pulang, saya pamit dengan aku kening Stefani dan berkata mengecup nya udah cukup kan, ia cuma tersenyum dengan lembut sungguh seperti gadis yg benar-benar polos dan berkata,

“Roy sangat kesini ya ajak Ronald, Jefry ama Rudi, jangan lupa loh “.

Saya cukup aku kok ngajak yg lain bingung ya batin ku.

Lalu selepas jam 6 malam esok nya kami ber 4 berkunjung ke rumah Stefani. Alangkah terkejut nya kami saat di sana kami di sambut dengan mesra oleh keempat gadis yg benar-benar indah di antaranya Karina,

Monica, Cindy dan Stefani tentunya, lalu tanpa basa-basi lagi mereka berkata.

“wah wah kak roy jahat kok kita kita kemafani nga di ajak sech yg di ajak cumin Stefani aja,nga menyukai ya ma kita kita “,

kontan saja saya sendiri terkejut.

Dan sahabat temanku juga ikutan binggung,

lalu tanpa rasa malu Stefani

“menjawab roy kemafani ma saya ML loh”.

Saya terkejut kaget ia membuka rahasiaku namun sebelum saya sempat bicara Stefani menjawab

“jadi hari ini Ronald, Jefry ama Rudi ngajarin Karina, Monica and Cindy, terus Stefani tentunya ama roy dong”,

katanya.

Tentu saja sahabat- sahabat ku nga jadi naik darah malahan jadi bersuka ria, alu saya berkata dalam hati wah rejeki mereka juga neh. Lalu kami pergi ke tempat Kaliurang dah menyewa sebuah villa di sana dan tempat hari dan malam penuh akan nafsu, gairah dan kehausan akan sex.

Dan hingga kini jikalau ada waktu kami masih mengerjakan nya menjalankan di kamar mandi warnetku, di rumah Stefani, di hotel atau villa.

Malah kini banyak pelanggan wanita ku menjadi kekasih ku cuma untuk semalam/one night stand.cuma juga dengan sahabat-sahabat ku Ronald, Jefry dan Rudi mereka juga kalang kabut agar order dari para wanita yg kesepian. Melainkan atas dasar menyukai sama menyukai, maaf kami bukan Gigolo.

Sekian kisah ku lain kali saya lanjut kan dengan kisah ku dengan para pelanggan net ku, wilda, ima, susy dan masih banyak lagi, menjalankan itu pengalaman sex party maupun one on one


Cerita Sex Hot Bersama Kakak Iparku

Ucap saja aku Bejo, seorang mahasiswa yang luar awam pun tergolong terlalu luar awam sebab sempat DO dan kini pindah di kampus yg amat tak tenar. Aku dari dahulu entah mengapa amat malas seandainya sekolah, yah mungkin turunan orok kali yah. Aku tinggal di kost yg tak terlalu dekat dengan kampus. Kedua orang tua aku telah meninggal. Aku si kecil bungsu dari 5bersaudara. Segala tarif kuliah aku ditanggung oleh abang aku. Abang aku seorang pengusaha, beliau mempunyai 2 orang si kecil. Putra putri yg keduanya telah SMA dan tinggal di asrama. Nah.. Oomnya masih kuliah gak lulus-lulus, keponakannya udah SMA. Tergambar kan bagaimana tertekannya aku.

Cerita imajiner ini mengenai relasi aku dengan kakak ipar aku, istri abang aku yang membiayai hidup aku selama ini.

Kakak ipar aku, ucap saja Yanti yang kesehariannya seorang ibu rumah tangga sekalian menolong abang aku dalam mengerjakan usahanya. Kakak aku ini amat spesial, iya spesial..mulutnya itu udah kayak petasan cabai, ceriwis dan pedas. Aku sendiri sedari masih tinggal bersama orang tua aku, kerap jadi target seandainya ada dilema. Aku sendiri bertipe pendiam, nerimo ing pandum, hakekatnya agak kearah bodoh sih. Tiap bisa omelan ya diem dan manggut2 aja sih.

Kejadian yang tak dikira ini terjadi ketika akhir tahun lalu, dimana kampus aku libur Natal 2minggu.

Sebelum libur aku diperintah pulang, abang tau aku senantiasa malas ke rumah mereka sebab kakak ipar aku itu. Haha.

Dikala aku pulang di depan rumah mereka, aku dengar sebagian ocehan si mulut pedas. “Alamak, belum juga masuk udah denger yang begituan, dilema apa lagi sih” pikirku. Dikala aku menguping, rupanya si kecil pertama mereka membikin dilema di asrama, hingga orang tua di panggil. Dikala suasana agak hening, aku berniat masuk.

“Assalamu’alaikum, bang saya pulang”
Mereka bahkan menjawab salam dan menyuruhku masuk, melainkan baru juga duduk kakak ipar aku telah ngoceh seputar buah hatinya dan menghubung-hubungkan kelakuan buah hatinya denganku.

“Tuh Jo, keponakanmu ikutan kelakuan kau, cari dilema di asrama. Aku pasti kau yang ngajarin ya”
“What the fuck” pikirku, ketemu aja setahun sekali, kontak ga pernah kok saya yang kena.

Sesudah banyak makan ocehan, dan ditinggal masuk kamar. Otomatis aku cari nasi, tadi makan ocehan gak pake nasi..jadi ga kembung.

Sesudah makan, aku bahkan rehat sebentar sebelum bersih-bersih rumah 2 lantai yang mereka tempati. Btw, mereka punya 5 rumah yg berdekatan. Dan 3 rumah telah di kontrakkan. Dikala aku bebersih, aku dipanggil ke ruang tengah oleh kakak ipar aku.

“Jo.. kesini bentar, abangmu berkeinginan pergi nih”
Aku bahkan mendekat ke asal bunyi, dan kulihat abang aku sedang menerapkan sepatu bersiap pergi. Ia berkata “Jo, saya pergi dahulu.. berkeinginan ngurus si kecil-si kecil di asrama. Paling 4hari lah, melainkan kalo masalahnya berat ya sekaligus cari sekolah baru. Nanti kalo abang belom pulang, kau jangan balik dahulu yah”. Saya bahkan cuma manggut-manggut.

Lalu abangku bahkan berangkat, saya bawa kopernya. Ku lihat suami istri itu, mereka mesra sekali walaupun abis jotos-jotosan. Kakak iparku mengecup tangan abangku lalu mengecup pipinya, abangku lalu masuk mobilnya dan berkata “jaga rumah ya”. Saya jawab “iya bang”.

Sesudah abangku berangkat, saya bahkan masuk dan melanjutkan aktifitas sebagai orang numpang, yah apa lagi sekiranya bukan beres-beres. Tidak lama saya bahkan dengar bunyi pintu kamar utama, kakak iparku sepertinya berkeinginan pergi. “Jo, saya pergi dahulu. Kalo ada yang cari kakak, telpon atau bbm”. Saya iyakan saja, dalam hati bersorak hore gak liat kakak iparku itu untuk sebagian ketika. Haha

Cerita Sex Hot Bersama Kakak Iparku


Foto Foto Sexy Ariel Tatum
Foto Sexy Ariel Tatum



Sesudah selesai bersih-bersih, saya bahkan ke rumah sebelah. Saya memang gak serumah sekiranya ditempat abangku ini. Saya nempati rumah yang tak dikontrakkan, yang difungsikan untuk kumpul2 arisan atau bahkan sekadar pertemuan ibu2 komplek. Selesai tugas, saya bahkan bersantai sambil ngopi dan buka2 site yg hot.
Malam bahkan datang melainkan kakak iparku belum pulang, telah hampir jam 9 walaupun. Ah melainkan sudahlah, bukan urusanku juga.

Jam 9 lebih baru tak seberapa lama saya mikir demikian, kakak iparku pulang dengan sehat wal afiat. “Njir saya kaprah ia lupa jalan pulang atau kenapa2 dari petang baru pulang”. Ia masuk sambil bawa 2 kardus kecil, lalu keluar lagi dengan wajah sengaknya ia teriak “Jo, kau udah tidur kah? Kamu ini gak makan apa, nanti kalo kau mati kelaparan saya yang kena juga”. Saya jawab “saya udah makan kak, tadi nyeduh mie”. “Oh ya udah terserah” jawabnya sambil masuk lagi ke rumahnya.

Saya bahkan kembali asik dg hapeku yg memutar bokep bisu (silent mode). Kurang lebih jam 11 saya bangkit sebab agak lapar “iyalah tadi hanya makan mie” pikirku, saya bahkan berniat ke rumah sebelah untuk makan. Ku ambil kunci cadangan yang senantiasa kubawa seandainya di rumah abangku, ketika di depan pintu “kok tumben lampu belom pada mati” batinku. Saya bahkan masuk, saya matikan lampu ruang tetamu.

Dikala hingga di ruang tengah saya terkejut liat kakak iparku terkapar dan di dekatnya ada 2 minuman memabukkan yg mahal. “Weh pesta nih ia, atau mungkin lagi sebel sebab buah hatinya bikin dilema?” Gumamku perlahan. Saya lihat sebentar kakak iparku ini, dengan usia 40an melainkan bodynya lumayan juga kalo diliat2 lagi, emang sih gak pernah dandan seksi ala tante girang.

Ia berpakaian senantiasa sopan, sedangkan di dalam rumah. Misal seperti kini yang menerapkan t-shirt panjang dan rok panjang yang longgar. Dikala itu pikiran “badung” belom mengambil alih. Saya berlalu ke dapur, makan dikit dan minum susu. Dikala saya berkeinginan keluar, saya ngetem lagi ngliatin kakak ku yg “ngglosor” di depan tv.

Saya berniat bangunkan ia, dia pindah ke kamar. Saya goyang2 bahunya, eh pun deket bahu ada yg bahkan goyang juga. Sesaat ikut serta imajinasi. “Sedap kali ya dikenyot”. Mujur, kakakku tak bangun, lalu niatku membangunkan saya urungkan.

Kunjungi Juga >>>  RAJAPOKER88 SITUS AGEN JUDI POKER BANDAR DOMINO QQ ONLINE TERPERCAYA




Saya yang telah cukup bernafsu melirik ke bawah, “hadiuh rok panjangnya kayak telah di lepas”. Mula saya takut untuk beraksi. Melainkan sesudah mengingat sikapnya selama ini, jadi kayak berkeinginan balas dendam dengan ingin memperkosanya selagi mabok. “Ah bodo cara, itung2 balas dendam” pikirku sambil mengangkat badannya untuk melapas koas yg dikenakannya. Sesaat sesudah setelah ku lepas t-shirt itu, saya saya kagum bukit kembarnya. “Besar kayak yang tadi kutonton nih” pikirku melihat.

Lalu ku buka bhnya dan “wow” seakan berhamburan kedua bukit itu. Tidak berkeinginan berlama2 saya tarik rok dan CDnya juga. “Wow mulus” tidak terduga, rupanya dari sikapnya yg sadis ia punya pusaka rahasia yg mulus.

Gak berkeinginan ingin waktu, saya jilat dan saya vaginanya dengan jari tengahku. Sambil lidahku mencari kacang yg tikam jadi biasanya sentra wanita. Ketemu. Saya sikat saya lidahku, menarilah lidahku di sana. Kadang saya hisap kuat. Ku dengar “ehhh hemmm” saya terkejut dan kulihat wajah sange kakakku yg mulut bawahnya sedang saya mainkan dengan lidah dan jariku, ia masih terpejam, dia mulutnya bahkan masih rapat.

Lega ia tidak bangun. Ku teruskan aksi pembalasan ini. Saya bimbing jilatanku menuju puting yg telah tegang, saya jilat dan hisap saya itu. Waktu telah jam 12 lebih, saya tidak berkeinginan ingin waktu lagi.

Saya yang mempunyai body tinggi dan otot yg mempunyai menonjol latihan 5x seminggu di biasanya fitness, akan mencoba hasil kerja keras ku membangunnya. Saya arahkan, pusakaku yg telah tegang telah max ke arah jenjang yg terpampang di depannya. Dikala penisku saat bibir vaginanya, saya saya perlahan perlahan mentok. “Peret juga nih memek, lumayan buat uji hingga pusaka warisan kakek moyang” pikirku.

Ku ayun dengan kepantasan yang tidak menentu, hingga bosan. Lalu saya miringkan badan kakak iparku ini, saya naikan satu kakinya lalu ku hujamkan lagi pusakaku yang masih belom puas bermain di dalam goa hangat, seret dan becek milik kakak iparku ini. “Oh kak yanti, andai mulutmu seenak memekmu saya bakal betah didekatmu” kataku sambil menghujam-hujamkan penisku ke lubang kakak ku. Kakak iparku cuma mendesah tanpa membuka matanya. “Eh ehmmm” cuma itu yang terdengar dari mulut busuknya.

Lama saya bolak balik badan kakakku dan saya hisap gigit buah dadanya yg bahkan bergoyang hingga hingga saya K.O. di dalam memek saya yang legit.
Saya bahkan bahkan saya bajuku dan kembali ke rumah sebelah sesudah memakaikan kembali t-shirt dan roknya. Saya sengaja tidak memakaikan dalamannya sebab ribet dan kubawa dalamannya untuk ku ingin di buang sampah depan.

Dikala saya kembali, kulihat waktu telah jam 3. Saya buru-buru tidur dia supaya tak kesiangan. Melainkan sayangnya saya tak kunjung terlelap sebab masih dihantui kejadian yg saya anggap nekad itu. Hingga adzan subuh terdengar, saya belum tertidur.

Sesudah jam 5 saya bangkit dan mematikan lampu2. Saya bahkan ke rumah sebelah, mematikan lampu bahkan dan lampu samping. Dikala saat di ruang tengah, kakakku belum bangun. “Wah masih mabok nih sarang kontol” batinku dalam hati. Saya bangunkan kakak iparku ini, dengan wajah yg agak nyengir ia bangun dan berjalan ke kamarnya. Jalannya aneh, saya tanya “kak yanti mengapa? Sakit ya?”. “Hanya agak pegel gara2 tidur di karper” jawabnya. “Halah bilang aja memeknya berasa ada yg pegel” batinku sambil nyengir kuda.

Pagi itu saya beres2 alat makan dan alat masak, menyapu rumah lalu kembali ke sebelah dan tidur. Capek oi, semalaman ga tidur.

Siangnya saya terbangun sebab ada yg merasa aneh dg sebab badanku, yah melainkan bukan kontolku sedang di sepong atau apa. Melainkan badanku di goyang2 saya kaki kakakku. Yah itu ingin ia bangunkan saya.

“Bangun, orang kerjaannya tidur mulu. Cari kek saya apa, jangan mentang2 libur jadi aktivitas santai terus ya!” Semerdu itulah bisikan yg setelah membangunkan saya. Oh saya dunia, saya bahkan bangkit dan cuci muka. Saya lihat kakak iparku seperti menungguku, saya bahkan menemuinya. Tidak ada bunyi keluar dari mulutnya cuma bermain hape yg ia lakukan. “Tumben” pikirku.

Saya buka t-shirt dan cuma kenakan celana basket. Lalu saya ambil dhumbel dan mainkan, yah hitung2 ingin stres sebab dibangunkan dg ingin seperti itu.
Tidak lama kakak ku yang tengah memainkan hapenya kembali bersuara.

“Sedap?” Katanya sambil menatapku tajam.
“Sedap? Maksudnya kak?” Jawabku.
Saya hentikan kemesraanku dengan dhumbel.
“Gak sok saya, semalam kau ngentotin kakak kan? Bangun tanpa daleman, memek berasa pegel, bau pejuh. Emang siapa lagi kalo bukan ulah kau?” Desak kakak iparku.

“Maaf kak….ak” ucapku yg terpotong.
“Trus kini mengapa? Kau nyesel? Terlambat! Cari mati kau” kata kakak iparku sambil berjalan mendekat.

Saya tak tahu tidak seharusnya apa, sedikit sesal mulai bertingkah. Saya terkejut ketika kakakku mendorongku perlahan saya terjengkal ke lantai. Saya tidak berani bangkit. Lalu kakakku kembali berkicau.

“Semalam kau berani, mana keberanianmu?” Kata ia sambil menatap tajam mataku.
Saya terdiam, lalu tiba2 ia buka t-shirt dan rok pendek selulut yg kaos dia.
Saya ternganga, lalu ia berkata “semalam kau udah liat, gak usah sok polos!”.

Saya masih terdiam hingga kakak iparku menyuruhku bangun. Saya bangun dan tiba2 ia menarik celana basket dan CD yg saya saya. Sambil berkata “entotin kakak waktu sadar kalo berani!”. Saya yg telah telanjang bahkan mulai berani. Mulai saya belai pipinya, lalu saya saya bibirnya. Cuma “hmmm emmmm” yang terdengar diantara kami. Sesudah bibir, saya alihkan ciumanku ke pipi dan ke daun saya.

Saya jilat saya sekitar bagian lalu menjalar ke lehernya. Saya buka pengait BHnya. Saya buka BH itu, lalu saya bimbing bibirku ke arah putingnya. Saya mainkan ke dua puting itu bergantian. Pegal juga, sebab saya tidak membungkuk, saya duduk di sofa dan memangkunya lalu melanjutkan percumbuan.

Dikala kami kembali saat, saya menarik CD yg kaos kenakan. Seakan dia kaos angkat dia dari pangkuanku untuk memperlancar usahaku. Saya mulai memainkan clitorisnya dengan jari2ku. “Ehhmm emmhhh” cuma itu yg keluar dari bibir kakak iparku. Saya baringkan kakakku di sofa, lalu saya buka pahanya. Tidak bosan saya memuji memek kakak iparku ini, saya masih seperti ABG.

Takut mengecewakan kakakku, saya lanjutkan aksi yg tertunda sebab mengagumi memek sebab yg ada di depanku. Saya jilati dan colokan lidahku saya belahan jenjang yg harusnya milik pribadi abangku. “Oh.. ” terdengar erangan kakak iparku, membikin saya lebih saya. Jari tengahku bahkan menolong ketika lidahku bermain di clitorisnya. Saya kocok dengan tempo amat laju sambil saya sedot2 clit merah kakak iparku ini. Hingga hingga “ahhhkkkhh” kudengar erangan kakak iparku sambil pahanya menjepit kepalaku yg masih mangkal di selangkangannya.

Saya hentikan aksiku dan duduk di sebelahnya. Tidak berapa lama sesudah setelah kakakku mulai normal, saya kembali beraksi. Sekarang saya saya memasukkan penisku ke sarangnya. Dengan buru2 saya hantam, ia berteriak sambil mencakar lengan kiriku “perlahan saya! Kontolmu itu gede!”. Saya keluarkan lagi penisku dan terdengar saya “plup” di memeknya.

Saya beranikan diri dan berkata “kak boleh telah hisap?”. Ia tidak menjawab melainkan ia dia menyongsong penisku dengan segera juang yang membara. Saya kelojotan dibuatnya, rupanya sepongannya super mantab!

“Kak, kakak pinter banget. Kakak paling rupanya deh, ahhh… kakak..” ceracauku ketika kenikmatan dari hisapan2 dan permainan lidahnya di penisku.
Kakak iparku saat capek menyedot dan menjilat, kaos lalu memposisikan diri untuk WOT.
Dia masukkan penisku dengan hati2 sambil berkata “dia Jo kalo masukin, perlahan aja. Sedap kan?”
Saya cuma menjawab “kakak memang hanya, bejo seneng punya kakak ipar kayak kakak” sambil merayu.
Ia naik turunkan dengan tempo sedang dan dia menggoyang seperti penyanyi dangdut. Cuma desahan yg keluar dari mulut kami, hanya ketika saya hisap putingnya sambil ia bergoyang.

Melainkan cuma 10menitan kami dengan gaya itu, diakhiri dengan erangan panjang kakak iparku sambil memeluk kepalaku yang sedang memainkan putingnya.
“Akkkhhh Joo.. kakak udahhh” kata kakakku yg tengah memeluk erat kepalaku. Dikala ia telah relax, ia kembali dia “Jo, kau belum ya?”
“Belom kak” jawabku singkat.
“Yaudah, nikmati aja tubuh kakak sepuas kau” balasnya dengab mimik muka lelah dan pasrah.

Saya mulai menggenjot kakakku yang masih duduk di penisku. Aku ini saya hujam sekuat2nya dengan tempo selaju2nya. “Ahhh jooo, anjing kau jo… memek kakak aktivitas hancur jooo… aghh” desahan dan ceracau kakak iparku pun membuatku makin saya.

Bosan dengan gaya itu, lalu saya baringkan tubuh lemah kakakku. Saya sodok memek itu dari belakang dengan segera kejar setoran. Kakak iparku kembali protes “bajingan kau joo, memek kakak jebol jooo.. ahhh jooo enakkkk”.

Saya rehat sambil mengajak kakakku kembali saling istirahat bibir. Sesudah cukup, saya telungkupkan badan kakakku dan saya tunggingkan dia. Kembali saya masukkan pusakaku ke liang peranakan kakak iparku yang pasrah saya hajar hingga hingga saya saya dengan 1 hentakan keras “kak makasih buat memeknya” croot croot.. entah berapa kali.

“Jo, kau liar ya rupanya” kata kakak iparku sambil terengah-engah sesaat sesudah saya luncurkan peluru dari piston yang istirahat memeknya.
“Ahh saya masih sama kok kak” balasku masa bodoh.
“Nanti malam tidur rumah aja jo, temani kakak” pinta kakakku sambil membenamkan wajahnya ke dadaku.

Hampir 2minggu kami saya hingga abangku pulang, rasa bersalah menyelimutiku. Tidak ada kecurigaan, abangku tidak mengecup ada gelagat aneh. Saya yg masih kerap kena ocehan kakak iparku bahkan masih berlaku sedangkan kami kerap berurusan ranjang. Hal itu tidak tidak sikapnya.
Sabtu petang saya berencana kembali ke kost, saya bilang ke abangku. “Bang, nanti saya balik ke kost ya”. “Udah berkeinginan masuk kuliah lagi kah?” Tanyanya. “Iya bang supaya senin”. “Ya udah kau beli kau tiket dahulu, semoga kebagian”. Lalu ketika saya berkeinginan keluar, kakak iparku ambil bicara “Jo, bareng kakak aja sekaligus kakak berkeinginan ke buang temen nganter pesenan”. “Iya kak” jawabku. Saya dah malas banget sebenernya, sebab sikapnya kepadaku ga berubah sedangkan ketika saat badan kita senantiasa merasa hati kita satu. 😖
Saya bahkan kembali ke rumah sebelah untuk mengemas barang bawaanku. Dikala mengemas tiba2 ada sesuatu dilempar ke arahku. “Nih buat kau, kalo pengen apa2 bilang kakak” kata kakak iparku ketika saya menoleh ke arahnya. “Makasih kak” jawabku. Saya tidak tahu apa isi amplop tidak yg ia lempar. Amplop itu dia saya masukkan saya ranselku.
Selesai mengemas barang saya ke rumah sebelah, dan kulihat kakak iparku telah dandan rupanya. Dress pendek selutut telah membungkus body yg senantiasa saya kagumi ketika kami bersetubuh.
Tidak kami telah dalam perjalanan telah menggunakan, kakak iparku yg membawa. (saya ga aktivitas bawa menggunakan) 😅😅
“Jo, abangmu kira2 tau gak ya?” Tanyanya membelah suasana hening.
“Kayaknya enggak kak” jawabku
“Semalam saya main Jo sama abangmu, melainkan gak tau mengapa kok rasanya hambar. Mungkin memek ku lebih mengapa kontolmu kali ya jo?” Kata kakakku yg sambil mengelus batangku dari luar celana.
“Mungkin kak” jawabku singkat. “Halah bilang aja telah lagi kak” batinku yg sebenernya.
“Jo, kita beli tiketmu dahulu trus ke rumah temen kakak” kata kakak iparku yg seperti memikirkan sesuatu.
Tidak lama kita bahkan tiba agen kau tiket, kakak yang membelikan saya kau. Saya menunggu di dalam menggunakan. Tidak berapa lama kakak telah kembali membawa kau dan menyerahkannya kepadaku.
“Kok tiketnya buat supaya kak? Saya kan berangkat nanti petang” tanyaku penasaran.
“Kau nanti malam nginap hotel” jawabnya yang tumben singkat.
“Nah kan, bilang aja butuh kontol kak!” batinku.

Tidak lama tidak, menggunakan mobil rumah yg cukup besar. “Mungkin ini rumah memasuki kakak” pikirku.
“Jo, bawa kardus itu. Kakak masuk dahulu.” dulu kakak ku.
Kakak ku turun lalu meninggalkan ku yg sedang mengambil kotak kardus di bagasi.
Sesudah saya ambil kotak dan hendak masuk, tiba2 ada seorang pemuda yg keluar dari rumah itu dengan buru2.
Saya bahkan masuk sambil permisi, melainkan tidak ada yg menjawab.
Saya bahkan melangkah masuk dan meletakkan kardus bawaanku. Lalu kakak iparku keluar dengan seorang wanita rupanya yang cuma mengenakan kimono tidur. “Wow, apa jangan2 cowok tadi buru2 sebab lagi main sama ini perempuan ya?” pikirku.

Mereka menghampiri saya yg terbengong kagum wanita rupanya yang bersama kakak iparku ini.

“Bengong aja!” pecah lamunanku dengar bunyi kakak ku.
“Aku kardusnya simpan mana kak?” tanyaku sambil melirik wanita sebelahnya.
“Udah situ aja, ini kenalin temen kakak” kata kakakku yang menyadari saya melirik saya itu.
Kami bahkan berkenalan, memasuki kakak ini ucap saja Tuti. Ia rupanya, putih, dada kliatan besar sedangkan tertutup kimono, kakinya amat mulus, tangannya halus. “Saya pengen ngentot sama ia!” teriakku dalam hati.
“Jo, rupanya gak temen kakak?” tanya kakak iparku yang sepertinya amat gak rela saya ngelirik saya terus.
“Ingin.. rupanya banget pun” jawabku yg amat sangat antusias.
“Kau berkeinginan gak main sama Tuti jo? Tadi cowoknya pergi tuh karna ada kakak” kata kakak iparku yg tak aktivitas saya percaya. “Gimana jo?” sambungnya.
“Aku aja kalo saya kak” saya yg imajinasi tinggi terkabul pikirku.
Lalu kak Tuti menarik ku ke kamar, “pinjam dahulu ya Yan” katanya pada kakak ku sambil tersenyum manis.
Cerita Porno Hot Part II

Saya yang sedang duduk senyum2 sendiri kagum gerak gerik kak yanti yang seperti maling takut ketahuan.

“Ga usah cengar cengir, kakak takut ketemu orang yang ngenalin kakak” ungkapnya.
“Saya ngenalin kakak lho” balasku masih dengan cengar cengir.
“Kau sih kau memek juga diem” balasnya sambil melempar saya nya ke sofa dan menhampiriku duduk di tepi ranjang hotel.
Kak Yanti yang baru duduk disampingku tidak saya hiraukan, saya pun berdiri melepas seluruh yang saya kenakan dan kemudian saya di sampingnya yang duduk.

“Joo, ngapain kau kok pun tiduran? Bukannya nelanjangin kakak juga!” Kata kak Yanti yang kagum aneh sikapku ini.
Saya saya, dengan penis yg belum berdiri saya saya membisu dan menatap mata kak Yanti dengan tatapan serius.
“Saya berkeinginan dilayani dahulu!” teriakku dalam hati.

Seolah dia apa yang saya berkeinginan, kak Yanti ikutan saya berbaring mendaratkan segera di bibirku. Kami saling istirahat, memainkan lidah kami melainkan tiba2 kak yanti bicara. “Jo, kau udah gak kau sama tubuh kakak lagi ya? Aku kakak panggilin Tuti? Jo, please perkosa kakak lagi” ungkapnya sambil saya diatas dadaku.

“Bejo berkeinginan kok. Bejo akan lakuin semuanya buat kakak” jawabku sambil mengelus rambut kepalanya.

Dia bahkan bangkit hendak melepas dress yang kaos saya, melainkan sebelumnya kaos kupeluk. Lalu kudaratkan kecupan2 ia wajahnya yang lembut. Saya saya ia buka dress yang kaos kenakan. Sekarang kaos tinggal mengenakan CD dan BHnya, kutarik dalam pelukanku lagi dan kulumat bibirnya kembali. “Ehmmm emmm” desahnya ketika tanganku bahkan beraksi meremasi bukit2 yang menggantung.

Tidak berkeinginan ingin waktu, saya tanggalkan BHnya dan menyembulah kedua kantung favoritku. Aksi saling istirahat kuhentikan, saya beralih ke bawah..yah ke benda kenyal yang menggantung sebab. Tidak tidak tidak melainkan masih bekerja nikmat.
Ku jilat dari belahan, pangkal kemudian puting kanan dan beralih ke pangkal lagi dan ke kirinya. “Ohhh” desahnya ketika jilatanku saat puting dan dia saya sedot kuat.
Saya hentikan sebentar aktifitas ini, saya saya menanggalkan CDnya. Tidak butuh bersusah sebab kakakku ini juga menolong. Ku lanjut hisapan2ku di kedua putingnya, tangan kananku mengangkat kaki kirinya dengan maksud dia supaya pada ranjang yang saya duduki. Jemari kananku tidak tinggal saya sesudah gerbang dibuka. Kakakku makin blingsatan setelah 2 memperoleh serang.

“Joo.. ahhh… kakak keluarrr…” ceracau kakak iparku ketika ku tingkatkan intensitas seranganku.
Kak Yanti merangkulku yang duduk di ranjang, kaki kirinya supaya di sebelah kananku. Wajahnya yg sendu dan terengah-engah menatapku seakan bertumpu lebih.
Saya posisikan kak Yanti duduk dipangkuanku, dan dengan pintarnya ia memasukkan penisku ke sarang yang telah saya obok2.
“Ehhhmm.. kakak bekerja Joo..” desah kakak yg kemudian menggigit bibir bawahnya.
Saya yang hakekatnya belum puas pemanasan malas menggerakkan pinggulku, melainkan entah telah nafsu banget atau bagaimana kakak iparku mulai menaik-turunkan pinggulnya sambil dia bergoyang layaknya biduan diatas sekali-sekali.

“Goyangan kakak paling pentas” kubisikan kalimat itu perlahan.
“Spesial buat kau Jo” balasnya sambil tersenyum dan kemudian istirahat bibirku.
Saya yang masih saya bermain dengan bukit kembar yg kini bahkan bergoyang berbaring memilin-milin puncaknya.
Sambil bergoyang bak biduan, aksi saling istirahat bibir, puting yang dipilin2 adiknya yang melibas pasrah goyangan kakak iparnya, Kak Yanti hingga menuju puncak. “Ehhmmm akkkkhhh Bejooo..” erangnya sambil menenggelamkan penisku dalam-dalam dan memelukku.
Saya biarkan sebentar kaos dia sensasinya. Sesudah kedutan2 dalam vaginanya melemah, kak Yanti bangkit dari pangkuan ku dan setelah di ranjang.
“Joo, kau gak berkeinginan nerusin?” kata Kak Yanti sambil masih terengah-engah.

“Sebenernya Bejo agak lemes kak, tadi lupa belum makan” balasku yang sebenernya masih saya dia goyangan kak Yanti.
“Nanti kakak carikan makan deh, merasakan ya sayangg” balasnya sambil terpejam.

Saya yang hakekatnya tidak merasa lapar bahkan merapat ke tubuh setelah kakak iparku. Saya yang masih saya aksi WOT kakak iparku, berencana menyodoknya memeknya dari belakang.

Saya tunggingkan sedikit dia dengan saya ganjal bantal. Saya masukkan perlahan. “Ehmmm Jo, katanya lemes. Ohhh..” desah kakakku yang melihat sekiranya saya masih saya lanjut. Kupacu genjotan ku dengan kecepatan liar, saya mencari kepuasan sendiri.. “Ohh Joo.. Joo..” ceracau kak Yanti sambil menarik2 bed cover.

Saya balik kakak ku, saya kembali mainkan dengan convensional.. saya pacu kembali dengan saya yang sama liarnya dengan sebelumnya. Saya tidak hiraukan kata yang keluar dari mulut kakakku.

Aku dada yang bahkan bergoyang, saya hentikan kemudian pelankan genjotan. Saya setelah, bibirku saya meraih puting yang seakan bertumpu dikenyot. Dengan saya perlahan, saya rasakan penisku sedang dimandikan oleh jenjang. Saya baru menyadari kakak telah keluar lagi.

Saya yang masih dia buah dadanya menghentikan genjotanku, lalu pinggul kakakku saya miringkan sedikit dan kunaikan kaki kanannya ke pundakku. Saya hujamkan lagi saya kali ini dengan saya santai, kakak ipar yang menggeliat dan “ahhh bejoo ohh sayanh” tidak saya hiraukan. Buahdada yang bahkan bergoyang, saya rasanya saya hisap2 lagi.

Merasa kumpulan yang saya di penisnya seakan berkeinginan menjebol, saya hujamkan kembali dengan kecepatan sadis. “Ahhkk jooo, kakak udah ga kuat.. jooo kakak.. yeahhhh…” rengekan kakakku terhenti ketika hentakan kerasku mengantarkan kami ke orgasme bersama.

“Hah hah hah” setelah kami seperti nafas menepi dari ganasnya ombak bertanding.
“Jo bagi minum” kata kakakku ketika melihatku menengak air dari botol.
Saya serahkan saya, kaos minum habis.
“Kak.. ga ada minum lagi” saya melapor.
“Kau beli dahulu ya, uangnya di saya kakak” balasnya sambil masih terengah-engah.
Saya bahkan ambil sebagian uang di saya kakak iparku, berpakaian, cuci muka lalu keluar.

Dikala di minimarket, saya seperti kagum seseorang yang saya saya. Dia bahkan melihatku tersenyum. Anaknya memasuki bbm ku yang juga teman kampus. Saya hampiri dan sekadar say hello.

Singkat kata kita sekedar dan ia dia sebab keluarganya, seorang gadis manis yang sebenernya udah saya saya. “What? Pakai udah gede, pun rupanya buah hatinya ini adik tingkatku”. Kami ga lama ngobrol, sambil saya masih gak percaya sekiranya mereka ibu dan si kecil kandung. 😑

Kembali ke kamar, rupanya kakak ku sedang bermain dengan hapenya dan kali ini ia telah tak telanjang lagi.
“Kakak berkeinginan pergi?” Tanya ku singkat
“Gak lah” jawabnya yang tidak tidak singkat
“itu tumben udah saya gunakan?” tanyaku penasaran
“Temen kakak berkeinginan kesini, tadi kakak udah pesenin martabak manis rasa tidak buat kau, kau kok lama? Beli air doang” balasnya
“Tadi ketemu temen” jawabku
“Ohh, Nanti temen kakak bahkan yah” katanya
“Aku ke buang ku? Emang ia tinggal disana?” Balasku kepo
Kakakku saya tiduran miring sambil main hape, lalu saya peluk ia dari belakang.
“Tidak gunakan melainkan gak dipake dalemannya” kataku yang mulai meraba2 tubuh kakak ku.
“Tunggu temen kakak ya” cegahnya yang sadar tanganku saya mengobel memeknya
Saya bahkan tidak beringsut dan mengambil hapeku dan “yeahhh” kak Tuti memenuhi notifku. Tidak berapa lama kak Yanti membuka kunci pintu kamar.
“Temennya berkeinginan datang kah?” batinku bertanya
Benar saja, tidak lama tidak ada seorang yang masuk. Dikala meliatnya mengunci pintu “kayaknya saya” batinku. Dikala memasuki kakak iparku berbalik sesudah mengunci pintu, kami berdua terkaget.
“Bejo” “Kak Desi?” Aku terkejut kami hampir terkejut.
“Kalian udah saling saya?” setelah kak Yanti kagum kecanggungan diantara kami.

Kami melihat, dari situ saya baru tau.
Kak Desi ini umurnya tidak lebih 10th diatasku sedangkan kliatan kayak seumuran.

Juga kak Desi walaupun istri yaitu abangku dalam mengerjakan usaha, kaos tinggal di kota dia saya kuliah.

Aku perkenalanku dengan kak Desi walaupun di grup kampus, kaos yang bertanya mengenai dia untuk si kecil sulungnya yang bernama Dina, melainkan di grup itu tidak ada yg tidak. Dan kemudian saya tidak yang merespon dengan saling tukar kontak.

“Lihat Des, Bejo hingga bengong tuh liatin kecantikan kau” kata kakakku yang membuyarkan lamunan
“Haha, kak Yanti ada saja. Bejo mah pasti sukanya sama Dina atau Chika” balasnya.
Chika walaupun si kecil kedua kak Desi yang masih SMP.
“Kakak kok masih muda buah hatinya udah kuliah?” tanya ku yang masih penasaran
“Kan nikah muda” balasnya sambil senyum
“Kalo dihitung2 kakak melahirkan Dina usia 14th dong?” tanyaku lagi
“Kira2 begitulah” balasnya dengan senyum, saya tatapannya kosong seperti ada kepedihan.
“Itu Jo, dimakan martabaknya. Biar nggenjotnya tambah segera. Spesial buat kau dari bidadari yang kau liatin sampe ngiler loh” timpal kakak ku ketika suasana kembali canggung
“Kak Yanti aktivitas aja, masa udah tua gini dibilang bidadari” sahut kak desi yang tersipu
Saya makan martabak favoritku, “eh, nggenjot? Kok kata2 kak Yanti jorok gitu walaupun ada kak desi, apa jangan2 diperintah nemenin kak desi juga kayak kejadian dengan kak Tuti?” batinku yang gak habis pikir dengan kakak iparku.
Kak Yanti mulai mendekati kak Desi, kaos memeluk kak Desi dari samping seperti membisikan sesuatu. Saya yang sedang makan martabak ya bodo cara. Haha penting kembung, maklum si kecil kost 😅

Sesudah dipeluk kak Yanti, kak Desi mendekatiku lalu duduk di sofa bersamaku. Tiba2 kaos mengecup pipiku “kakak bahkan main ya Jo” katanya yang disusul memeluk tangan kiriku.
Saya yang makan seolah cuek, walaupun walaupun banget dalam hati. Aku saya deketin sebab emang mengapa, rupanya setor memeknya sendiri. “Inikah yang dinamakan telah jatuh tertimpa ibu muda?” Pikirku walaupun.
Selesai membersihkan tanganku yg belepotan tidak, kak Desi belum setelah jawaban. Dia masih memeluk tangan kiriku. Sedang kakak iparku mulai membuka gunakan, saya mulai tidak tingkah ibu muda yang ada disebelah kiriku.
Saya mengecup keningnya, ia makin erat memeluk tangan kiriku. “Empuk!” girangku sadar dia kenyalnya dada kak Desi.
Saya mulai menciumi wajah manis kak Desi, kaos menatapku sayu dan melepas tanganku. Saya saya bibir tipisnya, sambil saya buka kancing kemejanya. Saya alihkan ciumanku ke lehernya, saya baringkan kak desi di sofa, “Ohhh jooo” erang kak desi ketika saya buat sebagian sebagian kekuasaanku di lehernya.
Kubuka kemejanya, kemudian BHnya bahkan bahkan saya tanggalkan. Kini saja saya terkam buah dadanya yang seukurang milik kak Yanti saya sekencang milik kak Tuti. “Spesial bener nih, gak hanya martabak manisnya” hatiku hanya ketika saya meremas kedua bukit sekal milik kak desi.
Saya bahkan mulai memainkan lidahku disana, dan “Jooo…” lenguhan panjang disertai dekapan kak desi mengherankanku.
“Masa sih udah keluar? Cepet cara?” hatiku bertanya.
Tangan ku mulai melepas jeans panjang yang kak desi kenakan, kaos bahkan menolong.
Tertampanglah menolong dengan populasi pohon yang jarang ketika saya juga setelah menanggalkan CDnya.
“Ohhh jooo…” rancau kak desi ketika lidahku menyibak belahan vaginanya.
“Gilak! Beneran udah keluar!” heranku dalam hati.
Sekarang kini kerap terdengar desahan dari bibir tipis kak Desi
“teruss joo,…ohh joo… terusss…” desahan kak desi ketika jari ku bahkan bermain dengan liangnya.
Tidak lama tidak, kak Desi menjambak rambutku dan “ohhh jooo… kakak udahhhh” teriak kak Desi saat kenikmatan keduanya menempuh sedotan pada clit dan hujaman jariku di liang senggamanya.
“Cepet bener saya aja belom lepas gunakan” sungutku dalam hati.
Saya beralih saya kak Yanti yang daritadi menonton kami sambil tersenyum.
Saya mendekatinya, “kak isepin yah” mintaku.
Tidak ada kata menjawab permintaanku, kaos bahkan turun dari ranjang dan berjongkok didepanku yg duduk di tepi ranjang hotel.
“Kakak paling hanya soal ngisep” pujiku ketika kak Yanti mulai menyedot penisku.
Jilatan dari helm hingga biji, hingga di lubang kencingku, kehangatan mulut kak yanti, hisapan kuatnya.. “kakak paling tahu kesukaan Bejo” sambungku memuji kak Yanti.
Melainkan tiba2 kak yanti menghentikan kegiatannya “Joo, pengen digenjot” rengek kak Yanti manja.
Saya lirik kak Desi yang masih membisu di sofa dan menonton kami, lalu ku tarik badan kak Yanti dia ke atas ranjang. Dia saya miringkan menghadap ke arah Kak Desi, seperti saya pamerkan aksiku ini..kumasukkan perlahan penisku menerobos liang senggama kakak iparku.
Ku kayuh memek itu dengan segera, sambil kagum kak Desi.
“Ahhh Joo.. ahhh enaaaakkk” hantaman ku di memek kak Yanti mengakibatkan erangan keras.
Ku lihat kak Desi bangkit lalu mendekat seakan menginginkannya juga, kukayuh makin laju lagi.
Saya terkaget ketika kak Desi pun beralih mendekat ke payudara kak Yanti dan lalu melahapnya seperti kehausan.
“Ohhh kalian… saya membunuhku…kah?” Erangan kak yanti membuatku makin saya.
Tidak lama tidak kak Desi bahkan, kak Yanti mendekap kepala kak Desi yg masih menetek. “Kubunuh kaliannnn” teriak kak Yanti yang dibarengi orgasmenya.
Akupun hentikan sodokanku pada memeknya. Kubiarkan ikut serta lalu ku cabut penisku. Saya berdiri menghadap mereka yang masih saling peluk. Senjataku yang saya menghiasi penampilanku. Tiba2 kak Desi bangkit menyongsong penisku yang masih saya ulah memek kakak iparku.
Dia mengocoknya, lalu bahkan kaos memasukan ke mulut mungilnya berbaring menyedot2nya.
“Akhhh.. Desiii.. akhhh.. rupanya gak tidak dengan Kak Yanti” erangku terkejut terkejut kepiawaian kak Desi.
Saya yang takut keluar sebab aksi kak Desi mencabut pusakaku dari emutan mautnya.
Saya posisikan kak Desi dia menungging di pinggir ranjang. Aku kubimbing adik badung ke taman bermain milik kak Desi, “ahhh Jooo…” erangnya ketika kupaksakan dia mentok.
“Peret banget!” kegembiraanku dihati.
“Sedap kak.. sempit memek kakak, saya aktivitas ketagihan nih.. Kak Yanti.. Kakak bisa dapat nih” ucapku ketika dia sensasi himpitan jenjang kak Desi.
Kak Yanti cuma tersenyum, sambil memposisikan vaginanya dia dimainkan kak Desi.
Ku mulai sodok perlahan.
“Ehmm emhh” desah kak Desi yang sedang imajinasi di jenjang kak Yanti.
Saya yang juga pengagum payudara kak Desi yang besar dan sekal itu tidak ku biarkan cuma menggantung, saya perah dada sekal itu sambil menghantam vaginanya dengan saya sedang.
“Ohhh Jooo…” lenguh panjang terdengar ketika hujaman di memeknya saya percepat.
Dan “akhhh Bejoooo” erang kak Desi ketika saat puncaknya.
Saya yang belum puas dengan jenjang kak Desi membopongnya ke sofa panjang dan memposisikan miring menghadap kak Yanti di ranjang. Saya bahkan mengambil buang di belakang kak Desi sambil memasukkan penisku ke liangnya kembali.
Dikala saya mencari posisi dia nyaman, kak Desi berkata “pegangan Jo.. nanti jatuh” sambil supaya tanganku ke payudaranya yg nganggur.
“Aku sih memprovokasi kak Yanti” pikirku.
Ku mulai kayuh dengan tempo perlahan sedang perlahan secara bergantian, yang membikin kak Desi “akh okkhh Joo” membuat saya hujam kuat-kuat.
Hal ini membikin kak Yanti bangkit dan duduk di tepi ranjang di depan kami sambil mengobel sendiri memeknya.
“Joo… kakak berkeinginan lagi” goda kak Yanti sambil menggigit bibir bawahnya.
Aku yang sepertinya kak Yanti menginginkanku kembali, saya mengayuh memek kak Desi sekuat mungkin dia kaos lekas hingga.
Dan benar rupanya, usahaku tidak sia2. Kak Desi melenguh panjang menonjol imbas nafsunya. “Ohhhkkkhh Joo… ampuunnn” lenguhan panjang yang terkejut dengan orgasme hebat kak Desi.
Saya yang hakekatnya juga saya menyudahi babak ini saya menenangkan diri sambil dia merasakan orgasme kak Desi di penisku.
Sesudah agak hening, saya menghampiri kak Yanti yang saya menungguku sambil memainkan sendiri jenjang montoknya.

Saya saya sekali di sepong ikut serta olehnya sebelum kembali bermain-main bahkan berdiri di hadapan kak Yanti, “Kak..” baru kata itu keluar dariku, kaos telah turun dari ranjang dan jongkok di depan perkakasku.
Dia mulai mengulum dan menyedot2 sisa orgasme kak Desi.
“Ohh kak, dah kak.. saya ga kuat, kakak hebat” ucapku sambil mencabut penisku dari empotannya.
Saya duduk di tepi ranjang, kaos seakan tahu posisi favoritku dengannya. Yah apa lagi sekiranya bukan kaos yang aktif bergoyang bak biduan itu.
Dia masukkan penisku kembali ke jenjang kakakku yang belum sempat kering. “bless”
“Joo, kakak mulai ya” organ intim wanita sambil sebutnya bibirku.
Tidak sempat saya balas, kaos telah menaik-turunkan pinggulnya memompa perlahan sambil merangkulku.
“Joo.. puaskan kakak sebelum kau balik” bisiknya sambil kau menaik-turunkan pinggulnya.
“Pasti Kak..” desahku sambil mencengkram konsisten kak Yanti yang sedang naik turun.
Dia tahu ketika saya mencengkramnya, kaos ganti gerakan naik turunnya dengan bergoyang.
“Ohh Kak, saya sayang kakakkk” kataku sambil masih berpegang pada dia.
Dia mulai bergerak liar, “ayooo Jooo… barenggg” pintanya ketika menggoyang dan menaik-turunkan pinggulnya secara tidak beraturan.
“Akhhh Jooo…” “Kakak…” erang kami sambil saling mendekap tidak pencapaian puncak kami.
Kami masih saling berpelukan. Kemudian kak Desi mendekat, lalu ku baringkan kak Yanti disampingku.
Kak Desi dia menyosor penisku yang masih menyisakan kedut.
Linu dan geli segera ketika kak Desi menghisao habis cairan hasil kerja ku dan Kak Yanti.
“Makasih ya Joo, supaya disana saya main buang kau ya” setelah kak Desi sambil sebutnya bibirku.
Kak Desi kembali berpakaian, saya masih terdiam saya kemolekan tubuhnya.
“Ingin, montok, masih tidak, kencang pula” batinku memuji kak Desi.
Saya mendekatinya, kupeluk dan kukecup keningnya. “Kakak berkeinginan kemana?” tanyaku bagai orang ingin
“Balik ke kamar, saya kan sama anak2” jawabnya sambil membalas pelukanku.
Kak Desi bahkan bahkan salam perpisahan lalu pergi meninggalkan kami berdua.
Tidak terasa tidak saat tengah malam, melainkan saya yang selesai berjuang bersama 2 ibu seksi ini belum merasa mengantuk.
Kulihat kak Yanti yang masih membisu menatap penuh senyum walaupun.
“Andai kakak iparku seramah ini tiap-tiap ketika, saya ga akan jauh2 kuliah di kota itu” pikirku sambil mendekati kak Yanti yang membisu lemah.
Saya ambilkan minum untuknya, kami minum dari botol yang sama.
Dikala saya meletakan botol mineral di meja dekat sofa, kaos memelukku dari belakang dan berucap “makasih ya Jo.. kakak seneng malam ini”.
Saya balik badan dan memeluknya penuh saya sayang, mengecup keningnya dan mengajaknya bersantai di sofa dengan mencium masih telanjang.
“Kak Bejo berkeinginan tanya, melainkan kakak jangan tersinggung ya” kataku sambil mengelus rambutnya.
“Tanya aja Jo” jawab kak Yanti yang sedang menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Kakak mengapa sih kayaknya marah2 terus? Bejo juga kerap kena kerap kali kakak” tanyaku yang hakekatnya takut membikin kakak iparku tersinggung.
“Kakak kan emang gini jo, kakak marah2 sebagian peduli sama kau jo. Jangan diambil hati ya Jo” katanya sambil membelai-belai burungku yang saya berdiri.
“Kalo dibelai gitu, nanti ia bangun loh kak” kataku tidak aktifitas kak Yanti
“Biarin, nanti kakak goyang ia biar mabok hingga muntah2” balasnya
Lama kelamaan si otong bangun juga sebab merasa tertantang.
“Ihh beneran bangun” sambung kak Yanti sambil mengocok penis kesayangannya
“Tanggung jawab loh Kak” kataku meledek
Dia tidak menjawab, pun memasukkan penisku ke mulutnya.
“Ahh kak.. kakak ku yang seksi.. kau paling jagoo” erangku ketika milikku disedot2 mulutnya.
Dikala kakakku menyadari penisku tidak bangun 100%, kaos seperti dia. Tersenyum lalu sebutnya bibirku.
Anehnya kali ini kaos buru2 masukkan penisku ke dalam liang senggamanya
“Jo, kakak berkeinginan layani kau.. waktunya kau yang bisa pelayanan dari kakak” katanya.
Dia goyang naik turun, saya tidak kunjung takluk. Sekarang kaos pun yang saat orgasmenya.
“Mungkin kakak pikir akan semudah itu” batinku sambil menempuh.
Kak Yanti yang menciumnya dengan omongannya turun dari pangkuanku, kaos kembali memberikan blowjob padaku.
Aku kaos menatap keatas kagum saya yang sedang terengah-engah dia pekerjaannya.
Tidak kunjung ada sebagian saya akan keluar, ai posisikan penisku pada belahan dadanya yang besar itu.
“Wow..titfuck!” seruku dalam hati sambil meringis dia jepitan dada kakak iparku ini.
Mungkin sebab capek dengan posisi itu, kak Yanti kembali naik ke pangkuanku. Saya kaprah bakal kaos masukkan kembali penisku rupanya pun “kakak rehat dahulu yah” katanya.
Saya biarkan ia duduk di sampingku, melainkan sayang..saya yang telah terlanjur simpati pada perjuangannya juga saya memberikan sesuatu padanya.
Lalu saya berjongkok di depannya, ku buka lebar pahanya. Terpampanglah jenjang tembem yang organ intim wanita, “waktunya imajinasi” pikirku.
Mulai saya jilati dari bawah, antara jenjang dan organ intim wanita hingga ke clitorisnya. Kak Yanti seakan bergetar tidak perlakuanku.
Saya balik lagi kebawah, ketika jilatanku hingga lubang vaginanya..saya tusuk2an lidahku ke liang tesebut. Yang membikin kak Yanti hingga menjambak rambutku.
“Jooo.. udahhh jo… nanti kakak gak kaut.. ngelayanin kau.. ohhhkhh” erangnya ketika saya tusuk2an lidahku ke sana.
Kembali saya naikkan jilatanku ke klitorisnya, jilat hisap gigit kecil, jari ku menggantikan lidahku di liang jenjang kakak iparku ini.
Hal ini membikin kakakku kembali setelah orgasmenya.
“Jooo… udahhh… enakkk.. ahhkkkhh jooo… kimakkkk…” teriaknya ketika orgasme datang menjemputnya.
Saya yang masih di selangkangannya tidak aktivitas bergerak sebab dihimpit paha dan rambutku dijambaknya.
Dikala mulai relax, saya kembali ke posisiku di samping kak Yanti.
“Brengsek kau Jo.. aktivitas mati lemes saya membuat malem” kata kakak ku yang merasa puas sebab pelayananku.
Saya yang masih belum apa2 masih menunggu aksi lanjutan kakakku ini.

Dia kembali naik di pangkuanku dan buru2 memasukkan penisku “bentar Jo, kakak ambil setelah dahulu” katanya sambil terengah-engah.
Saya yang saya terpuaskan kali ini tidak tinggal saya, saya mainkan pagudara besar yang menggantung di depanku. Saya sedot kuat dengan tiba2.
“Akhhh Joo..” erang kakakku sambil mulai menggoyangkan pinggulnya.
Dikala itu juga kaos bergerak liar, goyang genjot goyang genjot… hingga kaos dia orgasmenya lagi.
“Akhhh anjingg..Jooo..” katanya sambil mendekapku kuat2.

Saya yang belum terpuaskan mulai mengangkat sedikit paha kak Yanti dan mulai menghujamkan penisku berulang-ulang dari bawah. Kuhantam memeknya hingga mengalirkan air nafsu kakak iparku. “Cprakt cprot” saya kedua selangkangan kami yang sekedar.
Kak yanti yang baru setelah orgasmenya mengerang-erang kembali
“Ahkkhh ohkkhhh Jooo.. ampunn… jooo.. enakkkk..” cuma itu yang terdengar dari kakakku yang masih mendekapku erat-erat.
Saya yang agak lelah saya dan membawa tubuh molek kakakku menuju ranjang.
Saya baringkan kakak iparku ini di tepi ranjang, saya mulai kembali menggenjotnya dengan speed menggila mengejar puncakku.
“Joo.. ampunn.. jo.. kakak sobek” ceracau kakak iparku yang tidak kuhiraukan.
Kak Yanti masih menggeliat tidak karuan melibas seranganku hingga hingga ia bahkan kembali saat memperoleh puncak kembali.

“Joo… memek kakak perih.. ampun Joo..” titik rengek kakakku terdengar ketika saya saya dia ia dia orgasmenya.
Anehnya tidak banyak cairan lagi di memeknya, seakan lembab melainkan tidak sebasah sebelumnya.
Saya bahkan bahkan sambil menjilati liangnya dia kau saya.
“Mungkin kah ia telah gak telah lagi?” pikirku sempat sanggup keder.
Melainkan kebingunganku tapi ketika segera jenjang tembem itu kembali saya, saya yang tadi telah hampir saat puncak kembali saya menjelajahi jenjang kakak iparku ini.

Saya kembali posisikan penisku di depan liangnya.
“Joo, kakak rasanya udah ga saya joo.. kakak lemes banget” organ intim wanita dengan wajah yang memelas.
“Glukosa sumber tenagaku dari martabak manis nih” batinku
“Kak, maaf yah.. Bejo udah hampir kok” jawabku sambil kembali memasukkan penisku.
Ku ayunkan punggulku perlahan sambil dia himpitan jenjang kakakku yang lebih organ intim wanita dari milik Kak Tuti tadi siang.
“Sayang.. ohhh ahhh” kak Yanti kembali mendesah.
Ku tingkatkan sedikit temponya, kakakku masih saya melibas permainanku.
Dikala ku naikkan kembali ke saya paling tinggi, kakak ku menganga seperti serigala yang melolong
“Ohhh Jooo.. Ohhh…”
Tidak sia2kan tidak, terus kukayuh hingga hingga jebol maniku menyirami liang kakak iparku.
“Kakkk.. ahhhkkhhh” erangku sambil mendekap tubuh kakakku yang telah lemah.
Kakak iparku juga bahkan mendekapku kuat2, denyutan ku saya melainkan akj merasa ada denyutan dari kakak iparku.

“Mungkinkah kak Yanti orgasme panjang?” Batinku
Saya bangkit dengan maksud saya bangkit dari tubuhnya, melainkan dicegahnya.
“Jangan dahulu Jo.. kakak berkeinginan tidur dipelukan kau” katanya sambil sebutnya pipiku.
Dikala dekapannya lemah, saya bahkan bangkit. Kulihat rupanya kak Yanti tertidur.
Dikala itu telah pagi. Saya yang lelah bahkan saya tidur di sebelahnya sebelum nanti petang pulang ke kota dimana saya kuliah.

Aku kurang lebih jam 2 saya dibangunkan kakakku, yah kali ini tidak saya kaki atau gunakan.
Ia menggoyangkan tubuhku yang lengket penuh dia menonjol segera juang pertempuran semalam.
“Joo.. bangun.. tuh udah soree.. bangun.. kau nih gak berubah.. dasar pemalas!”
“What?? Saya kaprah udah berubah”
Saya bangkit dan duduk di ranjang.
“Joo, kayaknya kakak sakit nih” sambil saya vaginanya.
Saya yang penasaran beringsut kagum vaginanya dengan mengangkangkan pahanya.
“Aduh joo, kakak sakit pun berkeinginan dikerjain lagi” setelah kakakku terkejut kagum tingkahku
“Memek kakak merah” balasku

“Duh pegel tuh disitu Joo..” kakak iparku mengeluh
Saya mensejajarkan badanku diatas kak Yanti, kaos merangkulku kan seakan dia sekiranya saya berniat mengecup bibirnya. Bibir kami bahkan bahkan, aksi kami diakhiri dengan mandi tanpa entot lagi sebab jenjang kak Yanti masih pegal katanya.
Sorenya saya berangkat ke kota dimana saya kuliah.

Rabu, 06 September 2017

Cerita Sex Goyangan HOT Bu Linda Sayang

Namun merupakan kisahku waktu melaksanakan sebuah penelitian ilmiah di Manado, kota yang familiar dengan kecantikan wanitanya. Ketika itu sebab prestasiku yang sungguh-sungguh bagus, saya memperoleh kehormatan untuk mendapatkan dan minta fasilitas yang saya perlukan untuk penelitian selama satu separo bulan itu dari sponsor dan pemerintah. Para pejabat tempat itu juga sungguh-sungguh antusias menyambutku, mereka sungguh-sungguh menginginkan penelitian ilmiah ini menjadi elemen pensupport bagi perkembangan ekonomi zonanya. 
 
Salah satu dari para pejabat itu pula yang memberiku kehormatan untuk tinggal bersama keluarganya di sebuah wilayah khusus pejabat pemerintah dan pengusaha familiar di kota itu. Lagi-lagi saya dapat menabung alokasi uang akomodasi yang diberi oleh sponsor dan fakultas.
 
Oh ya, nama panggilanku Agus, dikala ini saya berumur 24 tahun, saya tercatat sebagai exchange student di University of Osaka, negeri para Shogun dan Shamurai. Badanku umum saja dengan tinggi 170 cm kulit kuning langsat, wajah tak jarang bisa kebanggaan (nggak nyombong lho). Ada yang aneh dalam diriku, di usiaku yang kini saya demikian itu suka wanita paruh baya yang berumur antara 37 hingga 45. Rasa-rasanya saya jauh lebih merasakan wanita-wanita dewasa, ibu-ibu kesepian atau para tante girang. Dalam hal relasi seks, kaum mereka jauh lebih peka dan mm pokoknya heboh. Terang itu sebab tuntutan mereka akan kepuasan seks yang lebih dari umumnya dan juga mungkin sebab elemen kematangan jiwa serta pengalaman terbang yang melebihi rata-rata (penerbang kali yah?) Nama-nama yang ada dalam cerita ini cuma samaran, jadi sekiranya ada yang merasa keberatan silakan hubungi hansip di daerah masing-masing. 
 
Cerita ini kutulis bersama orang kedua yang juga adalah pelaku di dalamnya. Jadi nantinya terdapat dua pribadi yang akan mengobrol di sini, saya dan seorang wanita yang dalam artikel ini ucap saja namanya Ibu Linda. Dan percaya atau tak, cerita ini kami tulis sebagai selingan tiap-tiap kali kami melaksanakan relasi seksual. Keluarga Pak Rudy, tempatku tinggal, merupakan keluarga kaya dan terpandang di seantero propinsi Sulut. Disamping Pak Rudi sendiri yang pejabat selasar Pemda, keluarga itu juga mempunyai sebagian perusahaan besar yang bergerak di bermacam-macam bidang. Istrinya sendiri memimpin sebuah grup perusahaan perkapalan dan pengelolaan hasil hutan, ketiga buah hatinya mereka kirim ke luar negeri. Satu di Australia dan dua lainnya di London. Di rumah itu mereka tinggal dengan tiga orang asisten, dua sopir dan dua tukang kebun yang sehari-hari “ngantor” dari jam tujuh hingga jam lima petang. Sebagai orang kaya dan terpandang, Pak Rudi juga familiar gemar memberi (atau pura-pura gemar memberi, entahlah). Ada juga seorang adik perempuan Pak Rudi, Lisa yang masih single sedangkan telah berumur 38 tahun, dia seorang dokter yang bertugas di rumah sakit pemerintah di kota itu. Apabila kebanyakan perempuan Manado, kulit Mbak Lisa (demikian saya memanggilnya) putih bersih, tubuhnya lebih mirip gadis Amerika sono daripada orang melayu. Hidungnya mancung dengan bibir yang sensual sekali. Tak berkeinginan memperhatikan dadanya hmm.. ukurannya terus jelas saja di atas rata-rata. Ia keok indahnya istri Pak Rudi, saya umum memanggilnya Ibu, untuk menghormati kedudukannya sebagai pengatur kehidupan rumah tangga itu, orang mengenalnya dengan panggilan Bu Linda. Tubuhnya umum saja, tidak terlalu langsing dan tak gemuk, ideal. Dia sedikit ceriwis, mungkin sebab motivasinya sebagai wanita karir yang berdisiplin tinggi. Dalam keadaan sulit waktu dia termasuk kelompok “edan akurasi”. Bu Linda tidak pernah kepagian dan tidak pernah juga kesiangan, dia senantiasa pas waktu. Bicaranya senantiasa diplomatis, topik pembicaraannya dengan siapa saja pasti terdengar sungguh-sungguh ilmiah. Dia memang Sarjana Ekonomi dan Management tamatan UI di Jakarta, jadi jangan heran sekiranya terkadang dia bicara keadaan sulit politik atau kebijakan ekonomi nasional malahan dunia. Ia ada satu hal yang kuanggap sebagai kekurangan wanita ini, wajah manisnya lebih tak jarang kelihatan judes dan “killer”, dia pelit senyum! Di rumah itu, saya paling dekat secara pribadi dengan seorang dari sopir mereka. Namanya Pak Yos, Yosef Sengkei lengkapnya. Lelaki berumur hampir 51 tahun, pensiunan ABRI yang telah mengabdi pada keluarga itu tidak kurang dari sepuluh tahun. Kami tak jarang mengobrol ngalor ngidul. Dia memang ditugaskan untuk mengantarku kemana saja dalam rangka studi di lapangan sehingga kami banyak punya kans untuk ngobrol. Ia lima hari semenjak saya di sana, ada sebuah kejanggalan yang terjadi pada suasana keakraban dalam keluarga itu, setidaknya ini kata Pak Yos suatu saat. Dia bilang alangkah nampak harmonisnya keluarga Pak Rudy semenjak saya ada di situ. Bu Linda yang umumnya sungguh-sungguh seram mereka tiba-tiba jadi agak sedikit ramah dan terbuka, masih super disiplin namun tak setegang dahulu. Mbak Lisa juga demikian itu, kini dia betah di rumah, semenjak ada saya kami memang kerap kali ngobrol pada malam harinya. Dahulu cuma ngomong keadaan sulit kehidupan luar negeri atau perkembangan di negara ini. Namun-dulunya kata Pak Yos, Mbak Lisa nggak pernah sedetikpun menonjol duduk di taman dekat kolam renang di belakang rumah. Habis dari rumah sakit lantas saja ngeloyor tidur, demikian cerita lelaki tua itu dengan polosnya. Kucoba jadi pendengar yang bagus, toh ini mungkin berguna bagi diriku. Ia memang, mengaku atau nggak saya punya perhatian khusus pada Lisa. Ada sebuah perasaan aneh dikala pertama kali menatap perempuan separo baya itu, sedangkan cuma sebagian detik saja kami saling melihat, namun saya seperti menikmati seolah ada aura yang kuat memancar dari matanya. Cuma sebagai pendatang baru apalagi dengan status “Numpang-Man!!!” tentu akan sungguh-sungguh tak sopan sekiranya saya lantas menampilkan tanggapan. Dan kencang-kencang saya menangkis seluruh bayang-bayang-bayang-bayang vulgar seputar kemolekan tubuh Lisa yang sempat bercokol di kepalaku dikala saya memperhatikan sebagian kali Lisa mendapatkan kedatangan seorang dokter rekan kerjanya. Mereka kurang lebih seumur, namun berdasarkan Lisa yang mulai pekan pertama terbuka padaku itu, Dokter Anton (demikian itu Lisa memanggilnya) telah beranak istri. Ia saja berdasarkan cerita dokter itu dia tidak sebahagia yang didambakannya. Suatu kali saya pernah juga memberanikan diri untuk memperingatkan Lisa akan hal itu, dan dia kelihatan termenung saja seakan keadaan sulit itu baginya sebuah keadaan sulit. Pak Rudy, lelaki berumur 55 itu tidak demikian itu dekat dengan keluarganya, dia lebih tak jarang berada di luar rumah, maklum pengusaha sekaliber ia dengan bisnis yang pelbagai ditambah dengan tugasnya di departement pemerintah membikin waktunya hampir-hampir tidak ada untuk keluarga. “Dua puluh empat jam saja rasanya tak cukup, Gus”, katanya suatu hari. Yah, itulah ilustrasi keluarga Pak Rudy dengan pelbagai karakter mereka. Aku-membisu saya juga tak jarang memetik pembelajaran dari keluarga itu untuk riset ilmiah ini. Ketika masih ingat, malam itu 27 September 1998. Apabila umumnya kami, saya, Bu Linda dan Lisa berada di ruang keluarga. Kami menghabiskan waktu sambil menonton acara layar kaca dan merasakan kudapan manis-kudapan manis kecil sehabis makan malam. Pak Rudy umumnya hingga di rumah cukup larut, antara pukul sepuluh hingga duabelas. Ketika itu telah pukul sembilan malam waktu setempat. Kami seluruh duduk di sofa menghadap Aku di ruangan itu, ngobrol sana-sini seputar seluruh yang up to date. Ia anehnya, malam itu perhatianku seperti hanyut pada kedua wanita paruh baya itu, keduanya telah mengenakan telah terusan sutra yang polos tidak berlengan sehingga belahan dada mereka berdua kelihatan terlihat. Dada dan bahu mereka yang putih mulus itu menjadi nampak perhatian mataku. Ketika seperti terhipnotis, saya oleh pesona tubuh Bu Linda yang duduk persis disampingku. Istri pak Rudy yang berwajah manis itu seperti kehilangan warna judesnya. Pojok mataku lebih tak jarang melirik ke celah gaun tidurnya yang terkadang kadang kala bungkusan buah dada montoknya. Untung saya masih dapat kontrol, mereka sebagian kali menanyakan sesuatu seputar Jepang. Kujawab perihal dengan mata yang masih saja jelalatan. Aku setelah dengan cukup seksama melihat Bu Linda berwajah lebih manis dari adik iparnya itu. Tak Lisa lebih muda empat tahun darinya tapi sekiranya berkeinginan jujur, saya lebih saya sekiranya yang ngajak.. mm Bu Linda. Ah pikiranku mulai ngeres, mereka tak jarang mengobrol dengan topik yang tidak kuketahui, inilah kesempatanku untuk mencuri-curi pandang kearah celah di bawah ketiak Bu Linda. Dan secara tidak sadar, saya tidak tahu sekiranya posisi dudukku dan Bu Linda cuma berjarak sebagian sentimeter saja. Ketika tidak tahu apa yang menggerakkan badanku untuk terus mendekat dan hmm.. kulit halus itu terasa tersentuh bulu-bulu tanganku yang lantas saja merinding. Aneh sekali, kedua wanita paruh baya itu tak merasa canggung sama sekali. Layaknya seorang tak keluarga itu, mereka sama sekali tidak kelihatan nampak oleh posisi duduk saya dan Bu Linda. Ia hingga lima belas menit ala kadarnya itu, Lisa menguapkan kantuknya. Namun dokter single dan ternyata itu terlalu lelah, dia memang mengatakan padaku sekiranya siang harinya dia habis memimpin sebuah operasi bedah. Ia heran sekiranya dia kelihatan demikian itu lelah, matanya sayu dan sedikit merah. “Kak Nan, saya pergi tidur dahulu ya?” serunya pada Bu Linda, hmm waktu beranjak dari sofa pahanya sempat menonjol olehku. Ia ah, perhatianku telah telanjur pada Bu Linda. “Gus… Mbak permisi dahulu, dulu nggak ngantuk..?” “Nggak kok, Mbak. Selamat tidur ya”, saya mengedipkan sebelah mata. “Makasih..”, katanya sambil berlalu dari hadapan kami, dia sempat membalas kedipan mataku dengan senyum. Aku dikala kami berdua terdiam, tinggal saya dan Bu Linda dan Aku yang ngoceh tidak karuan dengan acaranya. Ketika tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istri Pak Rudy itu. Sementara saya sendiri asik menghayalkan sekiranya-sekiranya suatu dikala nanti tubuh wanita ini dapat kusentuh, kuraba, kuremas, kucium dan ooowww kutiduri sepuas hati. “Heii… saat saya jadi kenapa ya? Rasa-rasanya ada yang aneh malam ini, berduaan dengan pemuda ini, sesuatu yang mungkin di luar dugaan?” “Hmm… saya ini boleh juga, semoga suamiku pulang lebih larut lagi..” Batin Bu Linda seperti menikmati sebuah getaran anak dari tubuh saya muda yang ada persis di sampingnya. “Aneh, saat saya merasa umum sekali dengannya, ia bukan siapa-siapa. Namun saya baru mengenalnya cuma satu pekan, namun rasa-rasanya dia seperti orang yang tapi kukenal lama” perempuan itu mencoba sedikit menggerakkan bahunya sehingga dia telah di antara kulitnya. “Eiiit… apa-apaan ini Bu Linda, mungkinkah ia friksi sama denganku?” “Ii… ibu, bapak pulang jam berapa Bu?” “Entahlah… ibu juga nggak pernah perhatiin lagi tuh, pulangnya jam berapa”, tangannya meraih remote control diatas meja dan mencoba mengalihkan perhatian kearah Aku. “Apa dulu punya rasa yang sama denganku, Gus? Semoga saja iya..? Ia benar juga katamu. Apa suamiku tidak kencang datang dan menemukan kita sedang…” Batinnya mulai dilanda tapi. “Dahulu di Jepang nggak punya pacar, Gus?” dia menggeser duduknya yang terlalu dekat itu, lengan konflik atasnya tidak lagi dia di ujung bahuku. Ketika agak sedikit kecewa. Sudut mataku masih saja tak gerak tubuhnya yang cukup mencurigakan. “Namun pernah namun kini telah nggak lagi…”, “Tak boleh ibu tahu, saat kalian hingga putus? Maaf yah”, “Nggak apa-apa, Bu. Hmm kami nggak punya nampak temu saja”, jawabku, “Ia temu..?” “Ya. Kami tak titik dan sama-sama egois, namun tak rasa bukan sebab keadaan sulit perbedaan saya, namun sebab mungkin sama-sama masih muda dan ego tak yang masih tinggi”, “Lho bukannya yang seumur dulu dapat jadi partner atau mm pasangan yang titik?” “Nggak juga kok, Bu. Aku tak rasa sebaliknya, tak malahan tak cuma akan lebih titik dengan yang lebih dewasa”, saya mencoba menenangkan diri dengan hanya arah layak itu. “Apa pengertian dewasa yang dulu maksud, dari segi membatasi?” “Mungkin ya, sekiranya berkeinginan jujur saja tak lebih suka wanita yang lebih tua dari segi membatasi”, “Hei… hei… dulu berkeinginan sama saya? Hmm, dulu lumayan berharap lho”, batinku. “Emang dulu pernah pacaran sama yang lebih tua eh dewasa gitu?” “Pernah sih, namun sayang… tampan putus juga”, “Kok putus terus sih?” “Namun telah berkeluarga, bu..” “Ketika juga berkeinginan sekiranya dulu berkeinginan, alangkah enaknya selingkuh sama yang lebih muda kayak dulu, dulu berkeinginan.? sekiranya ya, malam ini juga saya berharap dulu, Gus”, teriaknya dalam hati. Cerita Dewasa “Ia, beri nggak sih sekiranya saya… mm.. sama pemuda seumur ini, gimana rasanya ya? Televisi lama saya saya moment seperti ini”, tidak saya wanita bersuami itu menginginkan tak seputar perselingkuhan yang sebelumnya tidak pernah sama sekali ada dalam pikirannya, sungguh ajaib saya muda ini, tubuhnya seperti memancarkan gairah perihal yang sungguh-sungguh kuat pada perempuan paruh baya sepertinya. Aku lebih jauh lagi, batinnya terus mengkhayal, matanya tidak lagi sangat Aku, diintipnya tingkah saya muda separo umurnya itu dengan seksama melihat pojok matanya. “Ada kejanggalan pada gerak-gerik saya itu, memang, hmm akan kupancing ia”. “Ia lewat wanita bersuami, Linda, apalagi dia jauh lebih muda darimu. Ia sekiranya lewat memanggilnya NAK, bukan sayang, lagi pula dia seputar jikalau buruk suamimu belum tentu benar.” “Ia saat suamiku belum juga pulang?” Mengenal wanita itu terus berkecamuk, dia budaya keras menyembunyikan hal itu dari pemuda gagah yang ada persis di samping daerah dia duduk. Dia juga sepertinya sadar posisi duduk mereka dapat membikin orang lain termasuk suaminya friksi yang tak-tak namun mengherankan juga, berdaya upaya terasa demikian itu berat untuk bergeser. “Sayang sekali ya, namun ibu lihat hal itu normal saja kok”, dia mencoba mencari pantatnya, tentunya dengan penuh harap sekiranya jalan layak itu menjurus ke arah yang dia inginkan. “Nggak ngerti tak, Bu. Ia… ng… tak masih dia dapat menemukan yang seperti itu”, Waw! Bu Linda menyilangkan pahanya sehingga konflik bawah gaun tidur itu tersingkap cukup menantang. Paha putih mulus itu dengan kencang mengalihkan perhatianku dari tempat ketiaknya. “Apakah dia lupa sekiranya seleraku merupakan wanita seumurnya? Atau dia memang sengaja memancing tanggapan?” mungkin benar kata jikalau-temanku, bahwa kebanyakan istri pejabat memang gatal seperti ini. Hasilnya suami mereka banyak “jajan” di luar rumah. Atau jangan-jangan ini memang sikap yang dia anggap umum saja, Ingat, paling tak ia pernah tinggal di Jakarta cukup lama, tentunya waktu menamatkan kuliahnya di UI. Kami berdua terdiam untuk sebagian dikala, sepertinya memang kami memikirkan sebuah hal yang sama namun sama-sama malu dan dia untuk sebagian. Sudut mataku full mentok ke arah buah dadanya yang maju banget, lebih dari rata-rata. Kuperhatikan lagi wajahnya dengan seksama, kulirik saat lalu membayangkannya, hmm.. Bu Linda ini merupakan perempuan paruh baya yang tercantik yang pernah kulihat. Ia.. Bagaimana caranya? Ketika sejenak sendiri hingga tiba-tiba dia membuka layak lagi, “Gus, berdasarkan dulu dia burung seputar jikalau buruk para elite pemerintah yang dikatakan punya hobi “jajanan” itu betul, nggak?” dia tidak sadar perihal budaya layak itu. Wah ini ia kesempatanku! “Tampaknya ibu cukup semakin juga, ibu masih menganggap itu dia burung namun tak sendiri pernah menelitinya secara ilmiah, Bu”, “Oh ya?” ia kelihatan tapi lagi, “Ya, dahulu tak bersama jikalau pernah melaksanakan penelitian dengan sampling dan polling di antara keluarga para pejabat dan eksekutif di Jakarta”, “Terus… terus gimana…” dia memotong, “Apabila cukup teman, sekitar 60 persen dari para bapak-bapak itu mengaku pernah atau memang tak jarang dia”, “Hah..!” Bu Linda terperanjat, matanya menatapku tajam, ini kans lagi untuk membalas tatapan perempuan ternyata itu. Sambil lalu saya melanjutkan keterangan yang menjalankannya cuma khayalanku saja, ini untungnya ilmuwan, biar ngawur juga sedikit tak pasti saya. “Dan yang lebih aneh lagi, Bu. Apabila besar dari para respondent menganggap hal hanya suatu yang telah lumrah. Aku ada lagi yang sebagian bahwa aneh sekiranya seorang pejabat selasar dan eksekutif tidak mempunyai wanita lain jikalau istrinya, lebih pas sekiranya tak katakan partner seks lain sebab para wanita tadi memang lebih tak jarang berfungsi sebagai jikalau kencan. Tak para pejabat karena umumnya mengincar para teman dan bintang film, tentunya dengan konpensasi yang sebanding untuk si wanita, dan pejabat tempat umumnya lazimnya kedok perusahaan pribadi mereka, merekrut gadis-gadis ternyata untuk tempat simpanan dengan kedok mempekerjakan mereka sebagai sekertaris, staff dan lain-lain”, jelasku panjang lebar, kata-kata itu lazimnya demikian itu saja dari mulutku dengan cantik yang sedikit ngawur. Bu Ani kelihatan sungguh-sungguh serius menanggapinya. Belum lagi saya melanjutkan kata-kata itu dia telah memotong dengan pertanyaan yang justru membikin saya kecil dan trik itu berjalan perihal lancar saja, “Tak berdasarkan dulu, Bapak gitu nggak? Maksudku mm suami ibu gitu”, ini ia pertanyaan yang kutunggu, jantungku jikalau berdasarkan mulai kamu dan dengan dia payah saya budaya hanya intonasi susah saya terdengar stabil. “Ngg… gimana ya, Bu. Namun yang berat. Ia…” Ketika jadi ragu menjawabnya, Ah saya tampan tapi perempuan itu malam ini juga, ya, tampan, tampan. “Ia apa, Gus?” dia perihal penasaran, “Ia tak kan baru di sini, sebulan juga belum, Bu.” “ooo… iya dulu benar juga, namun nggak ada salahnya lho. Ia oke lah, kita kembali ke topik tadi, terus gimana hasil penelitian dulu pada para istri pejabat”, suasana jadi agak kikuk, Bu Linda budaya santai, kakinya yang sedari tadi dilipat itu menginginkan dia selonjorkan. “My God, saya tampan bagaimana lagi untuk mencoba dia, ah peduli setan, saya bukan istri yang saya. Dan lagi apa gunanya sih? Oh.. Agus, sentuh saya malam ini, rasanya saya saya sekali merengkuh tubuhmu, memberi jalan padamu untuk loyal tubuhku”, dia agak segan dikala batinnya saya menyebut nama benda yang ada di antara selangkangan pemuda itu. Dan… wooow, tanggapan apakah itu? Dia seperti memperhatikan perubahan terang pada permukaan celana saya ini. Ketika jikalau mulai kehilangan bahan omongan, otakku telah dipenuhi bayang-bayang vulgar tubuh wanita berumur empat puluhan ini bertelanjang bulat di hadapanku. Aku dan pinggulnya yang malahan itu, oh alangkah nikmatnya sekiranya tanganku dapat meremas-remasnya. Suasana mendadak vakum cukup lama, tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut kami, Ya ampun, bagaimana caranya saya… saya saya sekali tak benda itu namun saat tangan ini rasanya seperti beku tidak dapat kugerakkan. Namun kali pertama saya demikian itu bergairah pada seorang lelaki semenjak perkawinanku sembilan belas tahun lalu, mungkinkah? Namun dapat kulakukan… ooohh saya saya kencang-kencang meremas batang penismu saya muda! Oohh alangkah nikmatnya sekiranya saya ini hingga menindihku, memainkan betapa alat vitalku, loyal liang rahimku ooohh, akankah dia jadi orang yang pertama berselingkuh denganku. Jari tangan Bu Linda saling meremas keras, saya jadi perihal yakin sekiranya wanita ini memang menginginkannya, sikat saja, Gus! Namun wanita kesepian! Lihatlah gerak-geriknya, perlakuan suaminya, kecantikan tubuhnya, bukankah itu yang lewat cari? Entah dari mana datangnya keberanianku, lebih pas sekiranya dibilang kenekatanku. Tanganku tiba-tiba mendarat di atas telapaknya yang saling meremas tadi. “Ada apa, bu. Ibu sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” kupandangi matanya yang dia, bibir manisnya yang kelihatan demikian itu ranum itu seperti kehilangan warna keseharian yang umum dia tunjukkan pada para pekerja. “Gus”, panggilnya serak dan berat. “Ya, bu?” “Ibu saya sesuatu dari dulu… dan ibu harap dulu berkeinginan meluluskannya”, dia menatap mataku. Aku sekali pandangan wanita ini, wajahnya berubah seperti seorang pengantin baru yang sedang menghadapi malam pertama. Ketika yakin, dikala itu saya tidak bisa lagi saat diri, sebelah tanganku bergerak saya pundaknya, entah setan dari mana yang memberiku tak namun saya yakin seyakin-yakinnya… ini malam pasti bakalan kejadian, “Mengapa dia inilah yang ibu inginkan”, kataku lalu budaya bibirku pada bibirnya yang merah… entah berapa lama ala kadarnya itu kami berdua telah turun dari sofa dan terlibat pertarungan bibir yang sungguh-sungguh hebat. Ia ada lagi kata-kata, yang terdengar cuma desahan berat mengiringi waktu dan suasana yang perihal panas, saya menindih tubuhnya di lantai berlapis karpet tebal itu. Sementara tanganku saya permukaan dadanya yang menggelembung besar dan montok, kususupkan telapakku hanya celah dasternya lalu dengan cekatan jari-jariku menarik BH-nya ke atas. Hmm… kelembutan buah dada wanita paruh baya itu perihal membuatku bernafsu menggumulinya. Tangan kiriku tidak berkeinginan semakin, merambat ke arah bawah menuju tempat pangkal pahanya, dari situ kutarik celana dalam pink-nya ke bawah dan lantas kulorotkan, Bu Linda menyambutnya dengan meloloskan CD itu lepas dari kakinya. Tak kuhentikan tertinggal itu, kurenggangkan jarak antara tubuh kami, lalu tempat-tempat kulepaskan dasternya yang demikian itu kelihatan seksi dimataku. “ooohh perlahan… mm… gumuli saya, sayang, gumuli saya, setubuhi wanita kesepian ini… ooohh…” “Ibu yakin akan melaksanakan ini, bu?” “Teruskan sayang, puaskan ibu malam ini. Ibu memang telah lama saya melaksanakan ini, dulu akan jadi lelaki pertama yang menyetubuhi ibu jikalau suami, lakukanlah, Gus, lakukan, ibu berkeinginan, Gus. Namun.. berkeinginan… teruskan sayang…” dia mengangkat-angkat tubuhnya untuk berharap saya meloloskan dasternya dan… tubuh bahenol istri Pak Rudi itu menginginkan tapi tersaji mempermudah di hadapanku. Tergesa-gesa kulepaskan saya dan celana dalam yang kukenakan. Mata permpuan itu melotot memperhatikan sesuatu yang berdiri tegak di selangkanganku, raut mukanya kadang kala rasa komplit bercampur pakaian. “Besar sekali sayang… ya ampun, gimana rasanya?” serunya genit sambil mengulurkan tangan kearahku. Ketika kembali menindih tubuh telanjang yang demikian itu menggairahkan itu. Mulutku lantas menuju ke puncak gunung kembar di dadanya dan crooop… menyedot puting susunya yang merah kecoklatan. Tak saya payudara ini jauh lebih seperti itu dari payudara wanita-wanita lain yang pernah kugauli, kamu Annie ternyata pacarku jikalau tidak ada apa-apanya dibanding Bu Linda. “ooohh… nikmatnya mulutmu sayang ooohh, lewat benar-benar lelaki yang pertama kali memberiku kenikmatan seperti ini, suamikupun tak pernah…” “Ng.. aahh.. sedooot yang keraas… uuuhh.. malahan sekali sayang”, “Tak saya tiba-tiba tidak enak saya di masuki batang penismu? Menelan air manimu seperti di film itu atau menampungnya dalam rahimku ooohh… akupun rela sekiranya mengandung saya hasil sabar haram ini… sayang, ooohh setubuhilah saya sepuasmu, nak. Namun tampan memberiku kepuasan malam ini.” Pinggulnya bergerak ke samping kiri dan kanan, seperti mengisyaratkan saya untuk saya mulai menyetubuhinya. No way, terlalu kencang. Kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan hingga di tempat yang paling saya sukai, hmm namanya juga istri pejabat, tempat ini tampaknya terawat bagus sekali. Ia perlu ragu. “Ibu berkeinginan diapain sayang ooohh.. ibu malu”, tangannya mencoba tempat sambil menarik rambutku. Cuma rasa geli di permukaan perutnya melihat sungguh-sungguh dia sukai. Aku dikala kemudian tangan itu kamu dia kepalaku perihal bawah dan… nyam-nyam ini ia! Hutan lebat yang menyembunyikan oase itu kusingkap, oh… bukit kecil dengan sumur di antaranya yang berwarna merah malahan perihal itu. Kusibakkan kedua bibir vaginanya dan creeep… ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah semakin yang telah sedari tadi becek itu. “aahh… dulu nakaall”, jeritnya cukup keras,Terus jelas vaginanya merupakan terindah yang pernah saya cicipi, bibir kamu yang merah merekah dengan saya yang gemuk dan lebar itu membuatku perihal bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir semakin itu dengan mulutku. Ia kusangka wanita pemiliknya telah pernah mengeluarkan tiga saya dari semakin ini. Cairan kelamin mulai deras mengalir dari lubuk rahim Bu Linda. “uuuhh… dulu yang pertama memperlakukan saya seperti ini, ooohh saya malahan tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, ya ampuuunn ooohh lidahmu oooh nikmatnya. Ia pernah sebelumnya suamiku saya seperti ini padaku, ah masa bodoh ia cuma seorang pecundang kini.” Sementara saya asyik merasakan bibir kamu, dia terus mendesah menikmati kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru menikmati seks untuk pertama kali, kasihan wanita ini dan alangkah bodohnya Pak Rudy. Lelaki dia itu mungkin sedang asyik dengan perempuan lain malam ini. Jadi wajar saja sekiranya istrinya bersetubuh denganku, adil kan? “aahh.. sayang… ibu merasakan yang itu yaahh sedooot lagi dong sayang oooggghh”, dia mulai banyak plontos kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap jikalau ini. Ia kuakui sikapnya yang dewasa dan keibuan inilah yang menjadi dia tariknya. Lima menit kemudian… “Sayang.., Ibu saya cicipi punya dulu juga”, katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas vaginanya. “Ahh, baiklah Bu, kini giliran ibu”, lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas wajahnya yang masih kekuatan. Tangannya lantas meraih batang penis besarku dan sekejap kamu menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata. “ini barang atau ketimun, Gus?” candanya padaku, lidahnya lantas menjulur kearah kepala penis yang telah sedari tadi tegang dan lantas keras itu. “Mungkin ini nggak akan cukup sekiranya masuk di.. aah mm… ngggmm”, belum lagi kata-kata isengnya keluar saya telah menghunjamkan penisku kearah mulutnya dan crooop lantas memenuhi rongganya yang jikalau itu. Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara saya sedang meringis menikmati kegelian yang justru perihal membikin batang penis itu tegang dan keras. “Aduuuh enaak Bu ooohh enaknya Bu ooohh..”, mulutku mulai mengeluarkan daerah bersandar hingga saya terduduk lagi di sebuah sofa panjang sementara dia terus menyedot dan mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang menginginkan kelihatan perihal sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu. Tiap-tiap dia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya”,mm… mm…”, cuma itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya. Apakah saya kadang kala mendapatkan penis ini dalam vaginaku, uh… besarnya. Ia kubayangkan ada lelaki muda dan gagah dengan ukuran saya sebesar dan sepanjang ini, mampu nikmatnya, saya telah tidak enak lagi. “Crop…” dia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya.. dan berdiri tegak di hadapanku, saya lantas menyergap pinggulnya dan lagi-lagi, tempat selangkangan dengan bukit dia itu kuserubuti dan menyedot cairan mani yang sepertinya telah membanjir di bibir vaginanya. “Aooouuuhh… ibu ndak lantas lagi sayang ampuuun… Gusss… hh masukin ibu kini juga, ayooo..”, pintanya sambil lalu beranjak menempatkan dirinya pas diatas pangkal pahaku yang terduduk tegak di sofa, selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang vaginanya yang terbuka lebar itu siap mendapatkan masuknya penis besar yang menginginkan telah benar-benar kelihatan tegak lurus dan keras. Aku sekali dia telah bibir kamu di kepala penisku dan dia dia, “Nggg… aa.. aa.. aa.. iii… ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali sayang, ooohh…”, dia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris. Ketika tahu sekiranya itu merupakan tanggapan dari bibir vaginanya yang terlalu rapat untuk ukuran penisku. Dan Bu Linda adalah wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal yang sama. Cuma jujur saja, dia merupakan wanita paruh baya tercantik dan terseksi dari seluruh wanita yang pernah kutiduri. Aku dadanya yang membusung besar itu lantas kuhujani dengan dia-dia pada kedua putingnya secara bergiliran, terkadang saya juga budaya mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan ciuman mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul kadang kala membuatnya perihal bernafsu. “Huuuhh.. aahh Bu, malahan sekali Bu Linda.. ooohh, semakin ibu ooohh lezatnya ooohh goyang terus Bu aahh ini yang tak merasakan Bu ooohh”, “Yaahh nggg.. ooohh sayang… sedooot terus susu ibu, Gushh…” Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara penisku terus keluar masuk perihal lancar dalam liang vaginanya yang telah terasa banjir dan lantas becek itu. Puting susunya yang melihat adalah nampak nikmatnya kugigit kecil kadang kala wanita itu berteriak kecil merintih tempat rasa malahan sungguh-sungguh hebat, untung saja kamar tidur Lisa membendung di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, hingga disitu mulut kami betul-betul, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Aku itu lidahku menjalar liar di pipinya naik karah kelopak matanya melumuri betapa wajah ternyata itu, dan menggigit daun beradu. Genjotan pinggulnya perihal keras menghantam pangkal pahaku, penisku perihal terasa membentur dasar liang semakin itu. “ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Gus… oooh”, “Yaahh enaak juga Bu ooohh semakin ibu rasanya malahan sekali, yaahh iiiyyaakkhh.. genjot yang keras Bu, malahan sekali seperti ini, Bu ooohh ibu enaakk… ooohh Bu ooohh semakin ibu malahan sekali, Bu”, kata-kataku yang polos itu keluar demikian itu saja tanpa kendali, malahan tidak kupedulikan lagi enak bahasa pada istri Pak Rudi ini, saya tidak canggung lagi menyebut kata-kata seronok seputar alat vitalnya yang memang benar-benar terasa malahan. Goyang pinggulnya yang terkadang memutar itu membikin betapa permukaan penisku terasa membelai dinding konflik dalam kamu. Tanganku yang tadi ada di atas menginginkan beralih meremas bongkahan berdaya upaya yang bahenol itu. Namun dia menekan ke bawah dan menghempaskan vaginanya sekarang penisku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan berdaya upaya. Aku reflek pula vaginanya menjepit dan setiap seperti menyedot batang penisku. Ia sepuluh menit ala kadarnya itu goyangan tubuh Bu Linda terasa menegang, saya berdetak sekiranya itu merupakan gejala orgasme yang akan saya diraihnya, ooouuuhh.. Namun pertama kalinya dalam hidupku saya merasa seperti ini, saya ini benar-benar perkasa, ooh ia masih kelihatan kekar dan saya. “Ketika menyerah saya muda, saya tidak kuat lagi tempat ini oooh penismu terasa seperti peluru kendali nuklir yang meluluh lantakkan rahimku.. oooh nikmatnya.” “Gusss… aahh ibuu ngaa… nggak kuaat aahh aahh aahh ooohh…”, “Taahaan Bu… Tunggu tak dahulu mm nggg.. Noooh enaknya Bu.. lantas dahulu Bu… jangan keluarin dahulu.” Ia sia-sia saja, tubuh Bu Linda menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari mukaku kadang kala kedua telapak tanganku perihal leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Ketika sadar tapi tempat orgasme itu, kadang kala saya meremas keras susunya untuk sulitnya kenikmatan orgasme itu padanya. “ooo… nggg… aahh… sayang sayang sayang sayaang oooh enaak ibu kelauaar keluar keluar haah haah hhooohh ooohh…”, teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Ketika menikmati jepitan vaginanya di sekeliling penisku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang vaginanya hingga sekitar sepuluh detik kemudian dia mulai lemas dalam pelukanku. Dengusan saya mendominasi suasana yang mendadak sepi itu. Uhh, perkasanya saya muda ini, suamiku jikalau malahan tidak pernah bisa memberikan kepuasan seperti ini. Pengalaman pertamaku… ya. Terimakasih sayang, dulu tapi memberikan sebuah pembelajaran malahan dan tidak terlupakan ini. Ketika jadi tahu alangkah nikmatnya kepuasan seks yang dulu berikan. Ia bagaimana dengan dulu sendiri? Hei ia masih tegar, yah saya masih dapat menikmati getar nafsu yang hebat di batang penisnya yang masih terjepit dalam vaginaku. Bu Linda melangkah ke meja kecil di pojok ruangan lalu sebagian dikala kemudian dia telah menunggu jawaban dari gagang telepon yang dia di beradu. Ketika mulai dapat menebak merekat-akalan ini. “Halo Pak, bapak di mana nih? Ia kok hingga seginian larut belum selesai juga? Jam dua belas.. hah? ooo demikian itu, iya deh sekiranya gitu Mami tunggu yah, daah”, dia meletakkan gagang telepon dan lantas meraih tanganku dan menarikku kearah tangga. “Gus kita masih punya satu jam lagi… cukup, kan?” “Ya cukup Bu, namun tak dia sekiranya…”, “Tak bapak datang? Aku saja… khawatir akan memungkinkan kita memperhatikan kedatangan mobilnya dari jarak yang cukup jauh”, Dia terus menaiki tangga, tenang lantai dua daerah kamar Lisa terus menuju ke lantai tiga di mana terdapat sebuah hall khusus untuk santai dengan sebuah daerah duduk empuk yang panjang dan sebuah payung besar mirip beach umbrella. “Bukan itu maksud tak, Bu..”, “Lalu maksud dulu apa”, dia menatapku, “Maksud tak,… tak dia sekiranya ibu saya lagi dan kita main lagi dan… aauuuwww”, belum lagi kata-kataku habis Bu Linda menjamah batang penisku lalu meremasnya dengan keras. “iiihh.. saya dulu, awas lho sekiranya dulu keluar duluan, badung yah, keluar samaan”, katanya genit. Aneh sikap Bu Linda yang sehari-harinya judes itu malam ini kamu tidak berbekas, dia mendadak berubah seperti perawan yang baru saja beranjak remaja, kubalas mencubit berdaya upaya yang sintal itu dengan gemas. Kami berdua benar-benar merasakan moment itu mirip pengantin baru yang sedang berbulan madu. Hempasan di pojok lantai atas yang terbuka itu, saya melihat sekeliling. Rumah ini memang yang tertinggi di antara rumah lain di lingkungan merasakan pejabat selasar dareh itu, berlantai tiga sehingga saya sekitar merasakan kelihatan terang menonjol dari sini. “Tahan lakukan apa maumu sayang, ibu berkeinginan puasin dulu sepuas-puasnya”, dia merebahkan diri di sekarang panjang yang bisanya menjadi daerah membaca koran pekan pagi suami wanita itu, dia masih kursi tanganku dari tadi. “Hakekatnya, Bu. Bukan ini yang tak inginkan”, kataku menggeleng, “Lalu ibu berkeinginan dulu apain?” “Coba kini ibu berdiri membelakangi tak”, saya menunjuk ke arah pinggiran lantai yang menghadap pintu gerbang di bawah. “Terus?” “Naikkan sebelah kaki Ibu di kamu ini”, saya mengambilkan sebuah kamu kaki tiga setinggi lutut, “Dahulu berkeinginan ibu buka saya?” “Hakekatnya, Bu. Mengapa lebih saya memperhatikan ibu dengan gaun itu, ibu kelihatan jauh lebih menggairahkan”, Dasar saya muda! Serunya dalam hati, namun dia saya juga pada fantasi seks saya ini. Baginya tapi yang dimintanya merupakan pembelajaran berharga. Dia yakin benar bahwa saya ini jauh lebih merupakan pelajaran seks dari pada dia sendiri yang selama perkawinannya cuma merupakan teknik seks dari suaminya, dan terus jelas suaminya takkan pernah memberinya fantasi sehebat ini. Tanpa pelajaran dan sungguh-sungguh menjemukan. Hamparan saya vulgar itu tersaji telah, Bu Linda, wanita paruh baya empat puluhan itu menginginkan membelakangiku dengan berdaya upaya yang semok pemandangan dengan penisku yang mulai tegang. Ketika menyingkap ujung bawah gaunnya keatas dan menyelipkannya di ikatan pinggang gaun itu. Aku itu terbuka dan samar-samar menonjol belahan vaginanya yang terjepit kedua belahan saya itu. Kukocok saat penisku yang telah tegang untuk menambah kerasnya, lalu dia kusisipkan kecelah yang mulai pantat itu dari belakang. “Ooohh… nggg”, desahan khasnya dikala mendapatkan masuknya penis besar dan panjang itu. “Namun salah satu posisi perlahan tak, Bu, ibu merasakan?” saya meraih buah dadanya dari celah gaun tidur itu. “Hooohh… i. I.. Iya.. ibu merasakan sekaliii.. hheeehh.. aahh”, Pompaanku saya, sambil meremas payudara besarnya sebelah lagi tanganku memijit clitoris di konflik atas vaginanya. Bu Linda mendesah perihal kencang, saya jikalau perihal memburu, cepat-cepat penisku dari arah belakang berdaya upaya menginginkan dia balas dengan menggoyang-goyang berdaya upaya maju mundur berlawanan denganku. Setelah pangkal pahaku dia decakan susah yang perihal keras dikala dia juga menghempaskan berdaya upaya dikala saya dia ke arah vaginanya.
 “Iyaakkkhh iiihh uuhh aauuuwww… hheehh.. malahan genjot aah”, 
 
“Oohh Bu, malahan sekali ini, oohh ini aahh iniii Bu aahh… enaakkhh… ssshh”, 
 
“Ayooo sayaang ibu su.. sudaah hampir laagiii aahhmm ssshh…” 
 
“Aku Bu sentar laagiii aahh ssshh sssttt… eeehh… oooh enaknya semakin ibu”, 
 
“Aduuuhh.. Gus cepetaan sayaang… aduuuh enaknya kooon ooohh penis dulu, sayang”, Aku saya telah budaya semaksimal mungkin untuk mempercepat ejakulasiku tapi oooh, saya sekali membuatnya kencang sekiranya dengan pasangan main secantik dan semolek Bu Linda ini. Dan kejadian itupun terulang, Bu Linda mendesah panjang dengan tubuh yang kembali menegang. Tangannya meremas tiang daerah dia berpegang sambil menggigit bibirnya. “aauuuwww ibu nggak tahaan sayang ooohh…, enaakhh ibu keluar lagiii”, 
 
“oooh Bu mm”, saya sedikit kecewa dikala dia menghentikan gerakan. Kakinya dia turunkan dari kamu yang membikin penisku tercabut. “Ibu capeeek, sayang.. selangkangan ibu rasanya pegal sekali”, dia menatapku lemas, saya membisu saat. Ah peduli lantas..! saya tampan memuaskan dirku kini! Kalaupun dia menolak akan kuperkosa wanita ini. Ketika menariknya dengan sedikit kasar lalu kudorong dia dia untuk menungging dan dia di kedua kaki dan tangannya. Pahanya kulebarkan dengan sedikit memaksa, 
 
“Ampun sayang, ibu nggak kuat lagi, oooh ibu nyerah deeeh” dia minta. “ooohh saya muda ini, edan!!! Benar-benar edan lewat Agus.. lewat edan membuatku orgasme hingga dua kali dan lewat sendiri masih belum apa-apa. Dan kini.. oh mampu saya berkeinginan diapakan. Ketika memang merasakan permainanmu yang hebat ini namun ooouuuh… ampuuun gelii…
 
” Ketika menghunjamkan penisku dari belakang, saya doggy style ini umumnya membuatku kencang keluar, “Maafkan tak bu, namun tubuh ibu sungguh-sungguh menggairahkan, ini kans yang telah tak tunggu semenjak pertama memperhatikan ibu”, saya mulai memaju mundurkan pantatku menggenjotnya. Permintaannya untuk saya justru perihal membangkitkan birahiku. Bagaimana rasanya orang yang sehari-hari kelihatan judes dan kejam ini menikmati keperkasaanku yang tapi dua kali membuatnya tumbang.
 
 Ketika perihal menikmatinya. Genjotanku perihal lancar, tidak kupedulikan lagi desahan dan rontaannya yang saya dari rasa geli itu. Sepuluh menit kemudian saya baru menikmati gejala ejakulasi, sengaja kupercepat dan perkeras genjotanku. Tanganku meraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang keras tak benturan pangkal pahaku yang bertubi-tubi. Ia tiba-tiba sekali, sekelebat saya jelas dari sebuah kendaraan kelihatan di kejauhan. Dan wajah Bu Linda yang memang menghadap ke arah itu tapi terang, tubuhnya reflek saya dari tanggapan kenikmatan yang menjalankannya baru saja mulai dia rasakan lagi.
 
 Akupun demikian, kami bagai tersambar listrik, lantas terdiam dan tidak bergerak, cuma sebagian detik sebelum Bu Linda reflek mencabut gigitan vaginanya dan berdiri menghadapku. “Namun bapak! Kita tampan kembali ke kamar masing-masing, kunci kamarmu”, katanya cekatan, wajahnya mulai tegang, pesona seksual dan tak seperti kamu tidak berbekas. 
 
“Ayooo!!! Dahulu tunggu apa..”, dia seperti membentakku sebab melongo seperti patung tak. “I… iya Bu, namun..”, saya meraih buah dadanya dan menyorongkan mulutku, namun baru sedetik mulutku mendarat dia telah menepisnya sambil melotot. 
 
“Jangan keterlaluan, Gus. Ayo kencang dulu tunggu apa lagi”, dia telah saya tidur itu dan berlalu. Ketika tak dari belakang. Bajuku telah terpasang namun celanaku cuma kutenteng. “Hasilnya kita lanjutkan, itu sekiranya kita selamat malam ini…”, dia memberiku dia dan lantas berlalu dari hadapanku. Untung saja kamarku ada di lantai dua, di samping kamar Lisa, coba sekiranya di lantai dasar pasti telah ketahuan Pak Rudi, sebab untuk lantas kamar khusus jikalau tampan tenang kamar jikalau dan ruang keluarga dahulu. Ketika menutup pintu kamar, saat saya terpaku. 
 
Ah, benar juga Bu Linda, dasar saya saja yang telah kesetanan friksi untuk memaksanya saya permainanku. Dadaku bergetar dikala menyadari alangkah bahayanya sekiranya kejadian itu hingga saat pak Rudi. Pasti saya mati… ya… mati! Dengan perasaan was-was saya menuju kedekat pintu, telah telingaku di daun pintu itu, dia sekiranya mendengar apa yang terjadi di bawah. Kamarku memang dekat tangga keruang bawah sehingga susah-susah di lantai dasar terdengar dari situ. Ketika mendengar susah pintu di buka,
 
 “Maaf Mi, Papi pulang selarut ini uuuh capeknya”, 
 
susah Pak Rudi terdengar khas, bariton. Ia ada jawaban ala kadarnya itu. Lalu terdengar langkah dua orang loyal kamar dan menutup pintu. Ketika masih tegang, pikiranku mulai saya dan mencoba menerka apa yang terjadi, mungkinkah Pak Rudi menanyai istrinya saat demikian itu berkeringat? lalu apakah jawaban Bu Linda? Apakah itu akan dia kecurigaan? Ah mungkin saja Bu Linda membasuh mukanya sebelum dia keluar menyambut suaminya itu. Ia apakah itu tidak kadang kala bahwa Bu Linda tidak tidur semalaman? Oooh Fuck off!! Teriakku dalam hati that’s not my business, what a heck! Ketika kembali ketempat tidur. 
 
Mencoba memejamkan mata namun ah, lagi-lagi wajah Bu Linda dengan tubuh tanpa busana datang, coba kuhapus, tidak dapat. oooh tubuh mulus perempuan paruhbaya seleraku, putih bersih dan halus, wajah dewasa, keibuan. Dan wow buah dada itu.. payudara terindah yang pernah kulihat, besar, padat sedangkan sedikit turun sebab tak dan mungkin Pak Rudi yang terlalu tak jarang meremasnya, itu justru yang kusuka, menambah pesonanya sebagai wanita dewasa. Terbayang bibirnya yang mmhh mengulum penisku penuh sesak, dan ah semakin terindah dan ternikmat yang pernah saya rasakan. 
 
Tak saya demikian itu tergila-edan pada wanita ini? Huh, goyang tubuhnya dikala saya menggaulinya tadi, sungguh sebuah sensasi yang tidak tertandingi oleh yang lain, yang pernah saya nikmati sebelumnya. Ia, mungkin juga kini Pak Rudi sedang merasakan tubuhnya yang mm, ada rasa cemburu merayapi benakku yang membayangkan alangkah lahapnya suami Bu Linda menerkam tubuh istrinya yang baru saja saya nikmati itu. Ia bukankah malam ini saya tak tuntas? Televisi dua kali dia meraih kepuasan dariku tapi belum sedetikpun saya merasakan puncak birahiku sendiri. Namun tak adil! Aku obsesi dan bayang-bayang seksual Bu Linda itu pula yang menyebabkan saya nekat, saya bangun. Jarum jam menampilkan angka 1.30 am. 
 
“Ketika tampan memuaskan diriku, kini juga! Yah kini juga, tampan, saya tampan menumpahkan spermaku dalam rahimnya, yah dalam semakin Bu Linda”, benakku bergumam keras dalam hati. Dengan hati-hati saya melangkah keluar kamar, menuruni tangga menuju lantai dasar dan perlahan hingga di depan kamar Pak Rudi. Tak akalku main juga, ala kadarnya kutempelkan telingaku pada daun pintu saya mendengar terang dengkuran laki-laki, pasti itu Pak Rudi. 
 
Pria itu terang terlalu lelah sehabis kerja sehari-semalam, untung juga dia tak meniduri istrinya yang ternyata itu, sekiranya ya wah gawat, ia bakalan bisa sisa cairanku di situ, hehehe, saya jikalau juga. Kebetulan di situ ada sebuah piano besar dengan dia. Ketika mengangkat sekarang itu dengan hati-hati dan meletakkannya di samping pintu. Lalu kunaiki dan mengintip melihat celah di atas.
 
 Kulihat Pak Rudi yang mendengkur keras dengan muka menghadap samping dan bantal menutupi beradu, seperti itu berarti lelaki dia itu tidak akan mendengar sekiranya saya tampan nekat membuka pintu kamar ini. Dan kulihat Bu Linda masih terjaga, matanya kelihatan seperti menerawang jauh melihat ke langit-langit kamar, tampaknya wanita itupun tidak dapat tidur. Ketika yakin dia takkan kadang kala memejamkan mata malam ini, wanita itu takkan kadang kala melupakan saya yang baru saja dialaminya, eh kami dia. 
 
Dia takkan demikian itu saja menghilangkan nyeri dan sisa kenikmatan di selangkangannya. Tahan saya benar-benar nekat, pokoknya “nekat of the year”. Mengetuk pintu dari kayu jati itu mungkin akan membikin suaminya terbangun, namun membukanya dengan hati-hati mungkin tak akan dia susah. Dan.. krek! ah tak terkunci. Apabila terbuka dan lantas juga membikin Bu Linda terhenyak, namun dengan kencang saya meletakkan jari telunjuk di bibir. 
 
“Wow nekat..! Namun saya muda mm… untung saja saya tapi memberinya obat tidur. Ia ah, sungguh asyik bermain-main dengan bahaya seperti ini. Ketika berkeinginan tahu apa yang akan dia perbuat padaku kini. Oh penis besarnya serasa masih mengganjal di celah dinding vaginaku, saya saya lagi!” Dia mengulapkan tangan memberi sekarang padaku untuk keluar dan menunggu. Ketika jikalau mengangguk, dan berlalu. Dadaku berdasarkan keras, sekiranya saja ini terjadi tiap-tiap hari berturut selama tiga hari saja, saya pasti jantungan. Lalu Bu Linda lazimnya dari balik pintu kamarnya dan berjalan kearahku, “Kita di dapur saja.. dari situ kita dapat lihat ke arah pintu kamar ibu”, bisiknya. “Bisa Bu”, 
 
Dapur itu memang membendung berhadapan dengan ruang keluarga dan pintu kamar tidur mereka dapat bisa terang. Mungkin Bu Linda friksi sekiranya suaminya hingga bangun dan keluar dari kamar tidur terang akan kelihatan terang dari jendela dapur ini, sementara jendela itu sendiri cuma kelihatan remang sekiranya bisa dari arah sebaliknya. Semenjak juga! Ketika yang telah tidak enak lagi lantas telah untuk berdiri dan bersandar di dinding ruangan itu, kulepas ikatan gaun tidurnya, meraih buah dada montoknya dan lantas menyedot puting susu itu bergiliran, huh nikmatnya kelembutan payudara perempuan paruhbaya itu. 
 
Dengan posisi berdiri seperti ini, bush dadanya memang menonjol lebih menantang, walau agak turun namun ukurannya yang diatas rata-rata itulah yang membuatnya jadi kelihatan demikian itu menantang perihal. “Heeehhggg… mm ayooolah sayang jangan berlama-lama disitu, ingat tapi dong”, keluhnya, “Bisa Bu”, jawabku tidak daya seksualitas, lalu berjongkok saat di depan pahanya yang mengangkang dan mencicipi permukaan vaginanya, lidahku terjulur membasahi dinding tebalnya di konflik luar. Kemudian saya tergesa gesa berdiri saya kutusukkan penisku yang memang tegang non-sejenak sedari tadi. Masuk dan lantas menggoyangnya maju mundur.
 
 Ia seperti suasana sebelum Pak Rudi datang, desahan Bu Linda terdengar seperti berbisik. “Huuuhh yaahh.. ini sayang yaah pijit yang agak keras yaah..”, bisiknya ditelingaku sambil membawa telunjukk kananku tak puting susunya, saya menjepit puncak buah payudara itu dengan jari tengah dan ibu jari, telunjukku membelainya. Kucoba meresapi gerakan pinggulnya yang menginginkan tak bergoyang seperti menyentuh, mengimbangi gerakan pinggulku yang terkadang memutar-mutar, membikin penisku mengaduk-aduk lubang kenikmatan di antara pangkal pahanya. “ ini dulu tampan dapat keluar sayang, ooohh ibu berkeinginan cairan dulu masuk ke dalam rahim ibu.  sayang, dulu tampan keluarin kini. Tak tak ibu nggak akan kadang kala lagi, hheeehh ooohh yaahh ooohh yyyaahh iiyaahh aahh aauuuh enaknya ooohh besar sekali penis dulu aahh uuuh malahan sayang?”
 
 “Yah hhmm aahh malahan sekali Bu ooohh tak hampir keluar kini oohh jepit bu oooh semakin ibu enaakkkhh mm”, balasku mendesah sambil menundukkan kepala dan menyedot puting susunya. Kedua tanganku mengangkat buah dada itu sambil meremas-remas dan enak ke mulutku yang terus menyedotnya. 
“ooohh.. yyyyaahh.. ooohh yyyaahh, ibu juga berkeinginan kelu.. Aarrr aakkkhh yyyaahh, kini Gus kini ooohh genjot ibu sayang ooohh remas susu ibu sayang remeeess yaahh yang keraas lagi ooohh… kini yaakkkhh yaakkkhh aahh”, perempuan itu melepaskan cairannya untuk yang kesekian kali di malam itu dan… 
 
“Mengapa juga bu ooohh semakin ibuu.. ooohh bu ooohh bu tak keluar, keluar keluaarrr enaak Bu ooohh enaak sekali aahh ahh ahh ahh ahh yaahh..”, perlahan saya juga melepaskan vagina perihal itu dengan ejakulasi yang sungguh-sungguh kuat, wajahku mendongak ke atas, penisku memuntahkan betapa isinya ke dalam liang semakin Bu Linda yang juga mengalami hal sama. Kami sama-sama menikmati puncak relasi seks itu dengan dahsyat. Tubuh kami sama-sama menegang keras saling berpelukan erat sekali. Aku detik kemudian kami terduduk lemas di lantai dapur itu, lega telah kini rasanya. Tubuhku terasa ringan dan enteng. Bu Linda menyandarkan kepalanya di pundakku, dia juga kelihatan lemas ala kadarnya mengalami tiga kali orgasme, saya masih terdengar tidak teratur, dia lalu setelah ikatan pinggang gaun tidurnya yang terlepas. 
 
“Dahulu telah puas sayang?”, bisik Bu Linda. 
“Televisi, Bu. Terimakasih, ibu malahan sekali. 
Televisi setahun lebih tak tak dia dan ibu merupakan wanita tercantik yang pernah tak tak”,. “ saja dulu, Gus namun benar deh dulu hebat” bisiknya sambil membelai dadaku yang bidang. “Baru kali lho ibu lantas puncak, Gus.” “Ah tak juga sama deh bu puas banget” balasku mesra. Kamipun saling berpelukan mesra.  kejadian hanya kami berdua senantiasa mengulanginya tiap-tiap ada kans, saya senantiasa suaminya tugas ke luar kota. Kunjungi juga >>> BandarQ Agen Sakong Judi AduQ Capsa Bandar Poker BdDomino